Antibodi Covid-19 Bertahan di Tubuh Penyitas Selama 10 Bulan Setelah Terinfeksi
Fokusmedan.com : Antibodi Covid-19 masih berada di dalam tubuh penyintas hingga 10 bulan setelah terinfeksi. Selama ini belum ada yang dapat memastikan hingga berapa lama antibodi Covid-19 bertahan dalam tubuh penyintas.
Penelitian terbaru yang terbit di jurnal Nature Microbiology mendeteksi adanya antibodi pada 38 pasien dan petugas kesehatan di RS St Thomas yang terinfeksi Covid-19 saat gelombang pertama, sebelum mereka divaksinasi.
Dilansir dari Medical Xpress, Jumat (29/10/2021), meski ada penurunan tingkat antibodi, hasilnya menunjukkan bahwa kebanyakan orang (18-19 pasien) mempertahankan tingkat antibodi selama 10 bulan setelah mereka terinfeksi.
Antibodi membantu melawan Covid-19 dengan mengikat protein spike dari virus corona SARS-CoV-2 agar tidak bisa menginfeksi sel. Nah, vaksin meniru protein spike ini agar bisa menciptakan antibodi terhadap Covid-19.
Peneliti yang dipimpin oleh Dr Katie Doores dari School of Immunology & Microbial Sciences juga menguji bagaimana antibodi dari virus corona SAR-CoV-2 spesifik akan merespons varian lain.
Mereka menguji ketahanan antibodi terhadap varian asli SARS-CoV-2, varian alpha, beta, dan delta.
Mutasi pada varian baru SARS-CoV-2 (alpha, beta, dan delta) telah menimbulkan kekhawatiran. Banyak yang bertanya, apakah vaksin yang awalnya dikembangkan untuk menargetkan varian SARS-CoV-2 asli akan efektif terhadap varian baru. Jika tidak efektif, apakah perlu vaksin baru?
Dr Liane Dupont mengatakan, penelitian ini memberikan wawasan unik tentang respons antibodi penetral silang yang disebabkan oleh varian SARS-CoV-2 yang berbeda.
Hasil penelitian ini menunjukkan, antibodi dari varian baru (alpha, beta, atau delta) sangat unik dan ada perbedaan satu sama lain. Artinya, jika ada vaksin khusus yang dirancang untuk varian baru tersebut, kemungkinan itu kurang efektif untuk varian lain.
Namun di sisi lain, vaksin Covid-19 yang ada sekarang – yang dirancang berdasarkan varian asli SARS-CoV-2 – tetap mampu memberikan perlindungan terbaik terhadap semua varian. Oleh karena itu, ini harus digunakan untuk program vaksinasi.
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya, yang juga dipimpin oleh Dr Katie Doores, yang mengamati respons antibodi Covid-19 dalam waktu tiga bulan.
“Penelitian ini terjadi karena kolaborasi erat dengan rekan klinis di Rumah Sakit St Thomas yang mampu mengurutkan virus yang menginfeksi pasien yang dirawat di rumah sakit,” kata Dr Katie Doores.(ng/Kompas.com)