BI Akan Putuskan Besaran Bunga Acuan, Pekan Penuh Kejutan Berpeluang Tercipta
Fokusmedan.com : Pekan penuh kejutan akan kembali tersaji selama perdagangan dalam sepekan kedepan. Sejumlah Negara besar akan merilis data pertumbuhan ekonominya di mana ekspektasi pertumbuhan ekonomi masih mengarah pada perlambatan ekonomi yang sangat berpeluang menggiring potensi kemungkinan resesi di tahun 2023.
Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin mengatakan, dari tanah air, rilis data neraca perdagangan yang memperlihatkan baik kinerja ekspor dan impor menjadi data yang akan banyak dinanti pelaku pasar. Neraca perdagangan diperkirakan masih akan mencetak surplus, karena ekspor akan naik dalam besaran angka yang tidak jauh berbeda dengan penurunan impor.
Di sisi lain, katanya, Bank Indonesia juga akan menggelar rapat untuk menentukan besaran bunga acuannya. Di mana diperkirakan besaran bunga acuan BI akan tetap sama dan ada data lain yang akan dirilis seperti penjualan kendaraan bermotor dan mobil. Namun data-data tersebut diperkirakan tidak akan banyak memberikan pengaruh pada kinerja pasar keuangan secara keseluruhan.
“Penggerak pasar masih akan didominasi oleh faktor eksternal, diantaranya adalah rilis data inflasi AS yang akan menjadi gambaran bagaimana The FED nantinya dalam merumuskan kebijakan. Inflasi di AS sendiri diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan kinerjanya dengan akhir tahun sebelumnya,” ujarnya, Minggu (12/2/2023).
Akan tetapi, yang menjadi pertimbangan bukanlah besaran bunga acuan yang akan diambil. Namun pernyataan dari pejabat The FED akan sangat menentukan arah pergerakan pasar keuangan nantinya.
Kinerja IHSG pada perdagangan sepekan ke depan masih akan sulit untuk melewati batas level psikologis 6.900.
“Pelaku pasar sebaiknya terus mencermati harga komoditas dunia yang rawan sejauh ini masih dalam tren penurunan. Di mana penurunan harga komoditas belakangan ini sangat berpeluang menekan kinerja saham sektor komoditas di pasar modal,” terangnya.
Sementara, kinerja mata uang rupiah berpeluang untuk bergerak dalam rentang Rp15.000 hingga Rp15.200 per dolar AS.
Untuk harga emas, potensi tekanannya cukup terbuka jika laju tekanan inflasi di AS justru mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan The FED dengan agresifitas yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.
Harga emas masih berpeluang bergerak dalam rentang $1.835 hingga $1.900 per ons troynya. Emas berpeluang berfluktuasi dalam rentang yang lebar dalam jangka pendek.
“Akan tetapi jika The FED nantinya memberikan gambaran yang lebih jelas terkait di batas level mana suku bunga acuan akan berhenti. Maka disaat itu emas berpeluang membentuk tren naik dalam jangka panjang,” pungkasnya. (ram)