HUT ke-35 YP SIM, dr Sofyan Tan Komit Bantu Siswa Tak Mampu
Fokusmedan.com : Menjadi sukses membangun dunia pendidikan bukanlah perkara yang mudah. Suka duka kerap mewarnai perjalanan dr Sofyan Tan selaku pendiri Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YP SIM) sepanjang 35 tahun ini.
Tentunya, bukti kesuksesan itu dapat terlihat dalam membangun dan mengembangkan YP SIM. Bukan hanya sekadar perkembangan pada pembangunan fisik seperti gedung dan berbagai fasilitas lainnya, namun juga konsistensi untuk terus berinovasi dan meningkatkan kapasitas serta kualitas seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan itu sendiri.
“Pengalaman hidup yang pahit membuat saya terinspirasi untuk membangun sekolah. Saat itu, saya hanya berpikir bagaimana orang miskin bisa membantu orang miskin lainnya,” kata dr Sofyan Tan di acara HUT YP SIM ke-35 di Jalan Sunggal, Medan, Kamis (25/8/2022).
Diceritakan dr Sofyan Tan, ia lahir dari keluarga miskin dengan ayah seorang penjahit dengan 10 anak. Miskin itu tidak nyaman karenanya sekolah yang dibangunnya dapat menolong orang-orang agar yang mengalami nasib yang sama dengannya agar tetap bisa bersekolah.
Sofyan Tan mengaku untuk membangun sekolah tersebut dirinya melakukan berbagai upaya termasuk salah satunya dengan mengajukan pinjaman ke salah satu bank. Pengajuannya diterima sehingga ia dapat membangun bangunan sekolah dan mulai menerima murid baru.
“Pada awal, dari modal pinjaman di bank, hanya ada 7 lokal belajar dan 4 ruangan guru dan 171 orang pelajar dan 11 guru pengajar. Kalau sekarang sudah sekitar 101 ruangan, 3.900 siswa dan 200 an staf pengajar,” terang Sofyan Tan.
Dalam perjalanannya, Sofyan Tan mengaku sekolah yang dibangunnya untuk kalangan warga miskin yang sebelumnya tidak memiliki biaya untuk pendidikan tersebut akhirnya mulai menemui masalah. Masalah tersebut yakni ketidakmampuan sekolah untuk membayar cicilan ke perbankan. Ia akhirnya berniat untuk menjual sekolah tersebut dan membiarkan impiannya untuk membantu warga miskin mendapatkan pendidikan berakhir begitu saja.
“Namun saya beruntung bertemu dengan sosok seperti bapak Sarwono Kusumaatmaja yang banyak membantu. Dia bilang, saya bodoh kalau menjual sekolah ini. Berkat bantuan beliau sekolah ini bisa mendapatkan keistimewaan yakni tidak perlu membayar bunga bank yang tinggi, dan hanya membayar pinjaman dengan waktu yang tidak ditentukan,” sebutnya.
Mendapat keringanan tersebut, Sofyan Tan mengaku sangat bersemangat dan melanjutkan impiannya untuk menjadikan YPSIM menjadi sekolah yang akan menjembatani pendidikan bagi warga miskin. Tidak hanya itu, pengalamannya yang mendapat kesusahan akibat berbagai bentuk diskriminasi pada zaman dahulu juga memotivasinya untuk menjadikan sekolahnya menjadi tempat yang ramah bagi siapa saja tanpa mempermasalahkan latar belakang suku, agama, ras dan perbedaan lainnya.
“Sekolah ini harus menjadi wadah untuk memotivasi dan memberi pemahaman mengenai pentingnya rasa saling menghormati dan pentingnya wawasan kebangsaan di atas semua perbedaan yang ada,” pungkasnya.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Menristek) Nadiem Anwar Makarim mengapresiasi model pendidikan yang diterapkan pada YPSIM. Menurutnya, keindahan akan keberagaman di Indonesia memang selayaknya dimulai dari dunia pendidikan.
“Dan saya menemukan hal itu di Sekolah YPSIM di mana kita bisa melihat seluruh rumah ibadah lintas agama berdiri berdampingan di sini. Ini mengedukasi kita betapa indahnya untuk saling menghormati perbedaan yang ada,” ujarnya.
Tak hanya itu, lanjut Nadiem, para siswa bebas belajar dan memilih ekstrakulikuler sesuai dengan minat yang dimiliki, begitulah sebenarnya merdeka belajar. Dan juga, para staf pengajar bebas mengaplikasikan kurikulum pendidikan yang ada.(ng)