18/04/2024 10:19
FOKUS MEDAN

Harga Terigu di Medan Naik, KPPU Ingatkan Pengusaha Tak Lakukan Kartel

KPPU Kantor Wilayah I Medan memantau harga tepung terigu di Kota Medan. Ist

Fokusmedan.com : Kenaikan harga gandum internasional yang melonjak karena pengaruh perang Rusia-Ukraina ikut menyeret harga tepung terigu di dalam negeri. Hal ini tidak terlepas dari kenaikan biaya pengangkutan kontainer (freight rate).

Berdasarkan pantauan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kantor Wilayah I, hingga saat ini harga tepung terigu masih mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kenaikan ini berdampak pada industri makanan di dalam negeri, khususnya yang menggunakan bahan baku tepung terigu seperti biskuit, roti, dan mie.

Termasuk pada pelaku usaha UMKM mengingat pengguna tepung terigu terbanyak merupakan pelaku usaha UMKM yang menggunakan total 70% terigu nasional.

Dari hasil pantauan KPPU, seperti di Pusat Pasar, Pasar Pringgan, Pasar Sei Sikambing, Pasar Sukaramai, MMTC dan sejumlah grosir dan pengecer yang menjual tepung terigu, kata dia, diketahui kenaikan harga tepung terigu dimulai sejak lebaran atau di sekitar bulan April 2022.

“Tepung terigu ini menjadi salah satu penyumbang inflasi. Untuk itu kami melakukan survei ke sejumlah pasar tradisional di Kota Medan. Dari hasil survei, kenaikan harga tepung terigu sudah dimulai sejak lebaran atau di sekitar April 2022,” kata Kepala Kanwil I KPPU, Ridho Pamungkas, Minggu (31/7/2022).

Menurut Rinaldi Pemilik Toko Harapan yang berada di jalan Kapten Muslim, sudah terjadi kenaikan lebih dari 10 kali Sejak Lebaran sekitar Rp4.000-Rp6.000/Sak.

Di Toko Jadi yang beralamat di jalan Gatot Subroto, harga 1 sak tepung merek segitiga biru ukuran 25 kg di bulan April masih di harga Rp224.000, saat ini sudah di harga Rp256.800 atau naik 14,64 persen. Begitu juga merek lain yang mengalami kenaikan bervariasi antara 11-15 persen.

Menurutnya, selain karena perang Rusia Ukraina dan kenaikan biaya pengangkutan kontainer (freight rate) sebab keduanya adalah negara penghasil gandum. Kondisi pemulihan ekonomi pasca pandemi covid juga memicu banyak negara melakukan pembatasan ekspor beberapa bahan baku pangan yang berujung pada naiknya harga komoditas di dalam negeri.

“Sementara sebagian besar kebutuhan terigu nasional masih bergantung pada impor,” imbuhnya.

Untuk itu, KPPU akan mewaspadai kondisi seperti ini dan mengingatkan kepada para pelaku usaha untuk tidak memanfaatkan situasi mengeruk keuntungan berlebih. Sebab Ada berbagai cara yang dapat dilakukan pelaku usaha dalam situasi seperti ini, seperti melakukan kartel untuk menahan harga tinggi meskipun misalnya harga gandum internasional sudah menurun.

Disebutkannya, secara struktur pasar, tepung terigu yang dipasarkan di Kota Medan masih didominasi produk dari Bogasari. Produsen lain yang juga masuk ke pasar Medan antara lain dari Bungasari, Wilmar, Carestar, Agri First, Pundi Kencana dan sebagainya. Umumnya dijual dalam bentuk sak 25 Kg atau per 1 Kilo.

“Untuk itu kami mengingatkan pada penjual tidak melakukan praktek tying and bundling. Praktik tying adalah upaya yang dilakukan pihak penjual yang mensyaratkan konsumen untuk membeli produk kedua saat mereka membeli produk pertama, atau paling tidak konsumen sepakat untuk tidak membeli produk kedua di tempat lain. Sedang praktik bundling adalah upaya penjualan beragam produk dalam satu paket secara bersama-sama,” jelasnya.

Diketahui, ada tiga tipe tepung terigu, yang protein tinggi, sedang dan rendah. Sangat mungkin terjadi peralihan konsumen dari yang biasa menggunakan protein tinggi beralih ke protein rendah. Agar yang protein tinggi tetap laku, misalnya distributor mensyaratkan grosir untuk tetap membeli tepung terigu protein tinggi jika mau membeli tepung yang protein rendah.

“Terkait pemantauan tepung terigu yang kami lakukan belum menemukan adanya praktik tying atau perilaku persaingan usaha tidak sehat yang lain. Kami berharap setiap pihak tidak melakukan pelanggaran UU No. 5/1999, khususnya dalam kondisi masyarakat yang masih berhati-hati terhadap ancaman inflasi tinggi,” pungkasnya.(ng)