27/04/2024 9:41
NASIONAL

Langkah Rumit Proyek RS Corona Pulau Galang

fokusmedan : Basuki Hadimuljono merasa mampu sulap Pulau Galang, Batam. Targetnya menjadikan area itu untuk observasi dan karantina pasien penderita virus Corona. Ujian sebagai menteri andalan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Basuki diminta rampungkan proyek selama 20 hari.

Pemerintah benar-benar ingin memulai proyek dari nol. Area bak kota mati itu ingin dihidupkan kembali. Mereka target akhir Maret 2020 selesai mendirikan rumah sakit khusus pasien Corona. Termasuk menghadirkan tim kesehatan dan infrastruktur lainnya.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ini berencana, di tahap awal segera dibangun rumah sakit memiliki tingkat dua. Kemudian memiliki fasilitas karantina dan isolasi. Ruang observasi nantinya memiliki kapasitas 230 tempat tidur. Untuk satu kamar memiliki kapasitas rawat hingga 10 pasien.

Sedangkan ruang isolasi nantinya memiliki 30 tempat tidur Intensive Care Unit (ICU) dan 20 tempat tidur Non ICU. Pemerintah bahkan mengklaim bakal memakai segala teknologi sesuai standar.

Basuki menegaskan pembangunan di Pulang Galang bukan untuk rumah sakit, melainkan tempat observasi dan isolasi para pasien penyakit menular. Itu pun bukan hanya untuk penanganan virus Corona atau COVID-19, melainkan berbagai penyakit menular lainnya, seperti flu burung dan lainnya. “Kita siapkan tempat observasi, bukan rumah sakit,” kata dia.

Pembangunan rumah sakit di Pulau Galang dilakukan melalui Kerjasama Operasi (KSO) antara PT. Wijaya Karya (Persero) dan PT. Waskita dengan Konsultan Manajemen Konstruksi PT. Virama Karya.

Pulau Galang memiliki luas sekitar 80 kilometer persegi. Wilayah ini merupakan bagian dari gabungan tiga pulau yang disebut Barelang, yaitu Batam, Rempang, dan Galang. Ketiganya dihubungkan dengan jembatan Barelang terletak di sebelah selatan Singapura dan Johor, Malaysia.

Kota terdekat dari Pulau Galang adalah Tanjung Pinang, Bintan, yang bisa ditempuh sekitar 30 menit dengan speed boat. Pemerintah merasa lokasinya ini strategis dan mudah diakses. Sehingga menjadi salah satu alasan Pulau Galang dijadikan tempat isolasi penyakit menular.

Pulau Galang juga terhubung langsung dengan bandara Hang Namdim, Batam dengan waktu tempuh yang relatif singkat, yaitu 1,5 jam dari Jakarta. Selain itu, terdapat juga akomodasi perairan berupa pelabuhan di Kawasan Batu Ampar, Batam.

Selain letaknya yang strategis, Presiden Jokowi mengatakan bahwa fasilitas yang dimiliki Pulau Galang sudah cukup lengkap sehingga tidak akan memakan waktu yang lama untuk membangunnya. Dana dibutuhkan pun tidak akan terlalu besar. Pemerintah menggelontorkan uang sebesar Rp 400 miliar untuk merenovasi Pulau bekas para pengungsi Vietnam ini.

Pemerintah Tidak Praktis

Upaya pemerintah membangun rumah sakit khusus pasien terpapar virus Corona, justru dianggap salah langkah. Apalagi melihat banyak pasien berada di Pulau Jawa dan Bali. Butuh waktu dan jarak cukup panjang bila ingin memberi penanganan khusus.

Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF), Prof dr Chairul Anwar Nidom, melihat sebaiknya pemerintah memaksimalkan tiap rumah sakit sekitar lokasi penyebaran virus Corona. Tentu biaya dipakai akan lebih murah.

Apalagi konsep pembangunan rumah sakit di Pulau Galang dirasa belum memperhatikan konsep karantina. Terutama efektivitas bagi para pasien yang akan menjalani perawatan.

“Coba kita bayangkan kalau ada orang suspek di Bali atau Ambon dan sebagainya. apa efektif kalau ditempatkan di sana? Konsep itu, hanya untuk pemanfaatan area bekas saja,” ujar Prof Nidom kepada merdeka.com.

Dengan memanfaatkan rumah sakit, seharusnya pemerintah bisa mendirikan Mobile Hospital Container (MHC)dan Mobile Lab Container (MLC). Cukup mudah untuk membangun. Hanya butuh kontainer bekas peti kemas untuk membangun ruang isolasi. Dengan ruang itu tentu bisa diterapkan pada tiap rumah sakit dan biayanya murah.

Model bangunan itu tentu bisa lebih mendekat dengan para suspek virus corona. Pemerintah pun tidak perlu menelan biaya besar dan butuh waktu panjang.

Presiden Jokowi menegaskan rumah sakit khusus di Pulau Galang bukan membangun, melainkan merenovasi. Karena di pulau tersebut merupakan bekas kampung pengungsian Vietnam dan terdapat fasilitas seperti rumah sakit dan fasilitas umum lainnya. Ke depannya, ini juga diharapkan menjadi rumah sakit yang bisa mengantisipasi berbagai teror virus lainnya.

Menurut dia, pemerintah saat ini sudah menyiapkan 132 rumah sakit yang memiliki fasilitas isolasi untuk penyakit menular. Namun, Jokowi ingin ada rumah sakit khusus mengingat jumlah masyarakat Indonesia yang begitu banyak.

Ide pembangunan rumah sakit khusus ini belum menunjukkan pemerintah mampu bertindak praktis. Bagi Prof Nidom, dengan menghadirkan kontainer sebagai sarana isolasi, tentunya lebih mudah. Bahkan dirasa teknologi dipakai tidak rumit.

Bukan tanpa alasan, Prof Nidom mengaku sudah membangun MLC hasil kerja timnya. Sedangkan pembangunan MHC belum dilakukan meskipun teknologi dipakai hampir serupa. “Praktis, efisien dan lebih mudah untuk memenuhi standard internasional,” ujar dia.

MLC miliknya kini digunakan untuk uji diagnostik atau melihat karakter virus pada pola penularan. Adapun persyaratan MLC paling utama adalah penggunaan HEPA Filter dg ukuran penapisan virus yaitu 99,9 persen. Sehingga udara yang masuk dan keluar dari MLC bersih dan tidak ada mikroorganisme (termasuk virus). MLC juga punya syarat tekanan negatif, sekitar 40 psi.

Pada 12 Maret 2020. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mulai mengirim material yang digunakan Material yang dikirim untuk pembangunan fasilitas observasi, penampungan, dan karantina penyakit menular di Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau.

Direktur Jenderal Cipta Karya Danis H Sumadilaga mengatakan Sebanyak 120 material berupa modul panel dari beton pracetak (precast) dikirim dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, menuju Pelabuhan Sijantung Karyapura di Pulau Galang. Material tersebut berupa panel modular yang akan dibangun di lahan seluas 20 hektar dari total luas area 80 hektar.

Konstruksi fasilitas di Pulang bekas Kamp Pengungsian Vietnam itu terbagi menjadi tiga zonasi, yakni Zona A (Eks Sinam) meliputi gedung penunjang seperti mes petugas, asrama dokter dan perawat, gedung sterilisasi, laundry, gedung gizi, gudang dan power house.

Kemudian Zona B meliputi fasilitas penampungan dan fasilitas pendukung seperti ruang isolasi, ruang observasi, Laboratorium, ruang sterilisasi, GWT, Central Gas Medik, instalasi jenazah, dan landasan helikopter (helipad)

Lalu Zona C yang akan digunakan untuk memanfaatkan cadangan lahan atau digunakan sesuai kebutuhan.

Adapun total kapasitas pasien yang bisa ditampung yaitu sebanyak. Rencananya, pembangunan ini akan berlangsung selama dua hingga tiga minggu. Sesuai dari arahan presiden. “Target yang diberikan Bapak Presiden adalah 2-3 minggu harus selesai dan siap untuk dimanfaatkan,” ujar Basuki menegaskan.

Konstruksi bangunan telah dikerjakan sejak 8 Maret dan diproyeksi selesai tepat waktu pada 28 Maret 2020. Konstruksi fasilitas observasi tersebut telah mencapai tahap pembersihan tempat. Selain itu, pekerjaan land clearing dan pematangan lahan juga telah dilakukan.

Ditjen Cipta Karya sudah melakukan pembongkaran bangunan eksisting bekas Rumah Sakit pada Zona A, perataan lantai kerja di Zona B, dan pekerjaan pembangunan helipad.

Balai Wilayah Sungai Sumatera IV Ditjen Sumber Daya Air (SDA) juga telah melakukan pemasangan pipa transmisi sepanjang 16,2 kilometer serta pipa distribusi di dalam kawasan untuk sepanjang 6,7 kilometer dari Waduk Monggak Rempang. Pengerjaan saluran air juga mencakup pengerukan dan perluasan kapasitas embung yang berada di Pulau Galang guns mendukung penyediaan air baku fasilitas observasi dan isolasi.

Kementerian PUPR telah menyiapkan empat alternatif tampungan air yaitu Waduk Monggak Rempang dengan debit 232 liter per detik yang berjarak 16 kilometer, kemudian Embung Camp Vietnam dengan debit 0,11 liter per detik yang berjarak 1,6 kilometer, lalu Embung Setotok dengan debit 1,5 liter per detik yang berjarak 35 kilometer, dan yang terakhir yaitu Waduk Sei Gong dengan debit 400 liter per detik berjarak 4,1 km. Namun sayang sekali, kondisi airnya masih payau.

Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Danis H Sumadilaga, mengatakan bahwa 120 material modular sudah dikirim pada 12 Maret lalu. Material dikirimkan dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, menuju Pelabuhan Sijantung Karyapura di Pulau Galang yang berjarak 1,6 km dari lokasi pembangunan.

Pengiriman juga dilakukan menggunakan pesawat Hercules dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, menuju Bandara Hang Nadim di Kota Batam yang berjarak 60 km.

Percepatan pembangunan juga dilakukan Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Kepulauan Riau Ditjen Cipta Karya melalui pekerjaan land clearing dan pematangan lahan, pembongkaran bangunan eksisting bekas Rumah Sakit pada zona A, perataan lantai kerja di zona B, dan pekerjaan pembangunan helipad.(yaya)