11/10/2025 21:42
EKONOMI & BISNIS

Pemerintah Target Hentikan Impor Solar pada 2026, Implementasi B50 Jadi Kunci

Pemerintah menargetkan penghentian impor solar pada semester II tahun 2026.

Fokusmedan.com : Pemerintah menargetkan penghentian impor solar pada semester II tahun 2026, seiring dengan rencana penerapan program biodiesel 50 (B50).

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan keputusan tersebut akan terealisasi setelah program B50 resmi diimplementasikan.

“Kalau sudah keputusan B50, maka insyaallah tidak lagi kita melakukan impor solar pada 2026,” ujar Bahlil di Jakarta, Kamis (9/10/2025).

Ia menjelaskan, saat ini pemerintah tengah melakukan uji jalan (road test) tahap akhir terhadap bahan bakar B50 di berbagai jenis kendaraan. Pengujian tersebut membutuhkan waktu sekitar 6–8 bulan dan melibatkan mesin kapal, kereta api, serta alat-alat berat.

“Kalau pengujiannya sudah clear, maka diputuskan kita pakai B50,” katanya.

Dalam peta jalan Kementerian ESDM, program mandatori B50 memang dijadwalkan dapat diterapkan pada paruh kedua tahun 2026. B50 merupakan bahan bakar diesel ramah lingkungan hasil campuran 50 persen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan 50 persen solar fosil. Karena itu, ketersediaan pasokan CPO menjadi faktor penting dalam pelaksanaannya.

Untuk menjamin pasokan, Bahlil menyebut pemerintah menyiapkan tiga langkah strategis, yaitu intensifikasi lahan, pembukaan lahan baru, dan pengurangan ekspor CPO.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan pihaknya akan menjadwalkan Rapat Kerja Nasional Komite Pengarah (Komrah) dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

“Implementasi B50 membutuhkan ketersediaan CPO yang cukup besar,” ujar Airlangga.

Kebutuhan Fatty Acid Methyl Ester (FAME) untuk program B50 diperkirakan mencapai 19 juta kiloliter (KL), sedangkan ketersediaan FAME pada 2025 baru sekitar 15,6 juta KL.

Saat ini, Indonesia telah menerapkan mandatori B40. Hingga September 2025, realisasi penyaluran B40 telah mencapai 10 juta KL atau 64,7 persen dari target 15,6 juta KL.

Penerapan B40 pada tahun 2025 disebut telah menghemat devisa negara sekitar 9,3 miliar dolar AS atau setara Rp147,5 triliun. (Ant)