Bursa Saham China Turun Setelah AS Pertimbangkan Kenaikan Tarif, IHSG dan Rupiah Masih Menguat

Ilustrasi kinerja IHSG. Net

Fokusmedan.com : AS mempertimbangkan untuk menaikkan tarif 10% untuk barang-barang dari China dan direncanakan bisa berlaku pada satu Februari mendatang. Rencana tersebut masih tidak seagresif wacana kenaikan tarif saat masa kampanye Presiden Trump.

Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin mengatakan, pertimbangan kebijakan tersebut sejauh ini belum memicu tekanan pasar saham di Asia. Meskipun khusus untuk bursa saham China seperti Shenzhen, Hangseng, dan Shanghai terpantau mengalami koreksi.

Kinerja IHSG dibuka menguat di level 7.227. Sementara itu, mata uang rupiah ditransaksikan menguat di level 16.305 per US Dolar. Kinerja mata uang US Dolar terpantau bergerak menguat seiring dengan kenaikan imbal hasil US Treasury 10 tahun yang mendekati 4.6%.

Selain itu, katanya, kinerja USD Index juga terpantau kembali mengalami penguatan tipis dikisaran 108.11. Pelaku pasar saat ini tengah mencari titik keseimbangan baru yang menyesuaikan antara ekspektasi kebjakan ekonomi AS sebelum dan sesudah pelantikan Presiden.

“Kinerja psar keuangan di tanah air dinilai terlalu jauh mengalami koreksi sebelum pelantikan Presiden AS, meskipun sampai saat ini belum ada jaminan bahwa apa yang dikuatirkan sebelumnya tidak terjadi di masa depan,” ujarnya, Rabu (22/1/2025).

IHSG diproyeksikan akan bergerak dalam rentang 7.200 hingga 7.265. Sementara itu, mata uang Rupiah berpeluang untuk berkonsolidasi terlebih dahulu dikisaran 16.300 per US Dolarnya.

Di sisi lain, harga emas ditransaksikan menguat di level $2.747 per ons troy pada perdagangan pagi. Emas masih melanjutkan penguatan seiring dengan sikap Presiden AS yang lebih lunak dari sebelumnya. (ram)