15/10/2024 10:58
EKONOMI & BISNIS

Ekonomi China Membaik, Harga CPO Melambung, Petani Sawit Senang

Ilustrasi kelapa sawit. Shutterstock

Fokusmedan.com : Data NBS manufacturing purchasing manager index (PMI) China, belakangan merealisasikan besaran index yang mengalami peningkatan menjadi 52.6 dari posisi sebelumnya 50.1 di Januari 2023. Indeks tesebut dihitung berdasarkan pemesanan baru untuk barang, output perusahaan, ketenagakerjaan, waktu pengiriman barang ke supplier dan pasokan untuk jumlah item barang yang dibeli.

Pakar Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, sejak China tidak memberlakukan lagi kebijakan pengetatan aktivitas masyarakatnya (lockdown), ekonomi china mengalami pemulihan. Akselerasi permintaan barang dari China mengalami kenaikan.

“Dan Sumutvtentunya diuntungkan, karena ekspor ke China mengalami peningkatan. Mengingat secara kuantitas China masih menjadi negara tujuan ekspor Sumut,” ujarnya, Jumat (3/3/2023).

Harga CPO dalam sebulan terakhir ini terpantau mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari kisaran harga 3.800 menjadi 4.300 ringgit Malaysia per tonnya. Kenaikan ini tentunya akan menjadi kabar baik bagi masyarakat khususnya petani di wilayah Sumatera Utara karena dari kenaikan harga CPO tersebut, harga TBS di tingkat petani sangat berpeluang untuk mengalami kenaikan.

Kenaikan harga CPO tersebut, katanya, juga nantinya akan mendorong marjin atau keuntungan petani sawit. Yang nantinya akan menjadi salah satu motor penggerak uang beredar di wilayah Sumut.

“Kita harapkan harga CPO mampu bergerak dalam tren naik nantinya. Karena sawit sangat potensial dalam menggerakkan perekonomian di wilayah Sumut,” jelasnya.

Perlambatan kinerja ekonomi di wilayah Sumut bisa terkikis jika kinerja harga sawit mampu mengalami pemulihan secara berkesinambungan. Akan tetapi harapan tersebut masih belum begitu kuat indikasinya sejauh ini sekalipun ada potensi dimana geliat ekonomi China akan potensial mendorong pemulihan kinerja ekonomi di wilayah Sumut.

Di sisi lain, tren kenaikan bunga acuan di banyak Bank Sentral di dunia juga sangat berpeluang menjadi pemicu memburuknya kinerja ekonomi nasional khususnya Sumut. Karena di satu sisi pertumbuhan ekonomi bisa didorong seiring pemulihan harga komoditas.

“Akan tetapi disisi lainnya justru mendorong tingginya laju tekanan inflasi. Yang nantinya akan bermuara pada pembentukan kinerja ekonomi yang kurang berkualitas,” pungkasnya. (ng)