Alasan Panglima TNI Enggan Sebut Pilot Susi Air Disandera KKB: Enggak Ada Saksi

Fokusmedan.com : Insiden pembakaran pesawat Susi Air dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB)di Nduga, Papua masih menyisakan persoalan. Salah satunya mencari tahu keberadaan pilot Kapten Philips M yang diduga disandera KKB.

Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengatakan, proses pencarian pilot asal Selandia Baru itu masih terus dilakukan tim gabungan TNI dan Polri.

“Perkembangan Papua sampai saat ini masih kita laksanakan observasi ya tempatnya di mana dan sebagainya,” kata Yudo kepada wartawan usai Rapim TNI di  Jakarta, Kamis (9/2).

Yudo menjelaskan alasan belum bisa menyebut terjadi penyanderaan terhadap Kapten Philips. Sebab menurut dia, belum ada saksi yang melihat apakah Kapten Philips disandera atau melarikan diri setelah pesawat dibakar KKB.

“Makanya untuk menentukan itu yang pilot kan. Dibawa KKB apa enggak kan. Ini masih belum bisa dipastikan kan dari awal kan kita nggak ada saksinya di situ,” kata dia.

Yudo melanjutkan, untuk saat ini yang baru bisa dipastikan adalah evakuasi terhadap 15 pekerja pembangunan puskesmas yang telah diamankan bersama warga lain dari Nduga.

“Yang jelas 15 orang pekerja yang jadi ancaman berhasil kita evakuasi bersama dengan masyarakat,” tutur dia.

Polisi Deteksi Pilot

Polisi sebelumnya mengungkap posisi pilot pesawat Susi Air yang diduga disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Pilot Selandia Baru bernama Kapten Philips M itu diduga disandera sebelum pesawat dengan nomor penerbangan SI 9368 itu dibakar oleh KKB.

Kapolda Papua Irgen Mathius Fakhiri mengatakan, keberadaan Kapten Philips terdeteksi berdasarkan GPS yang dibawanya. Namun, alat tersebut saat ini tidak aktif.

“Kemarin kami melihatnya bergerak dari Kampung Paro sekitar 100 meter ke dalam,” kata Fakhiri kepada wartawan, Rabu (8/2).

Fakhiri mengaku sudah memetakan keberadaan Kapten Philips untuk dievakuasi. Strategi pun disiapkan tim gabungan TNI dan Polri untuk mengevakuasi WNA.

“Ya sudah (dipetakan). Kami masih memberi mereka kesempatan untuk berpikir. Kalau mereka tidak mau, ya,” ujar dia.(yaya)