20/04/2024 13:44
INSPIRASI

Isnaini, 24 Tahun Mengabdi dengan Ikhlas Harapkan Perubahan di Dunia Pendidikan

Guru UPTD SMPN 3 Kisaran, Isnaini.

Fokusmedan.com : Apapun itu lakukanlah dengan hati yang ikhlas dan tulus. Inilah yang menjadi penguat bagi Isnaini, seorang guru di Unit Pelaksana Teknis Daerah Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 (UPTD SMPN 3) Kisaran.

Mengabdi lebih dari 24 tahun, banyak suka dan duka telah dilewati istri dari Darwin Sirait ini, namun ia percaya keikhlasan dalam mengajar bakal berbuah manis. Dalam perjalanannya, ia mengaku harus banyak belajar dan berlatih model-model pembelajaran sebab dunia pendidikan terus berkembang dan semakin maju.

Awalnya, ibu dari 5 anak ini tidak bercita-cita menjadi guru. Tetapi berkat dorongan Almarhum kakeknya yang selalu menekankan bahwa guru adalah profesi mulia, akhirnya ia masuk Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Medan dan tamat pada 1996.

Kemudian, lanjutnya, pertama kali menjadi guru pada 1997 di sekolah swasta. Setahun kemudian diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil( PNS) tepatnya 1Januari 1998, penempatan pertama di SMP terbuka Medang Deras dan setelah 6 bulan kemudian pindah ke SMP Negeri 3 Kisaran dan hingga saat ini.

“Selama 24 tahun menjadi guru, sudah memberikan kebahagian tersendiri. Senangnya menjadi guru itu dihormati dan dihargai, di mana-mana banyak yang menyapa, yaitu siswa kita. Namun dukanya, kita berhadapan dengan manusia, tentu harus perlu persiapan mental dengan bertemu beragam karakter,” ujarnya, Jumat (9/12/2022).

Isnaini menceritakan, ketika menjadi guru banyak kesulitan-kesulitan ditemukan di lapangan. Seperti, mengubah karakter siswa lebih baik, membuat siswa memahami pelajaran baik pengetahuan maupun keterampilannya dan itu tidak mudah.

Menurutnya, dari pengalamannya, guru dituntut untuk mengerti dan memahami situasi dan kondisi siswa. Siswa harus dalam kondisi senang dan fokus, dengan begitu mereka akan mudah menerima pelajaran.

“Anak-anak sekarang, walau kita guru ngak bisa terlalu menggurui, kita harus pintar-pintar. Apalagi saat daring, saya gagap teknologi (gaptek) namun saya buat pembelajaran dari WhatsApp, ada saya buat namanya lotre soal dan anak- anak sangat berminat,” ucapnya.

Diakuinya, sebelumnya ia tidak bisa
menggunakan komputer. Dan karena dukungan dari tim Tanoto Foundation untuk mengikuti pelatihan dari Kompas, ia berusaha keras untuk belajar mengetik di rumah saat isolasi mandiri sebab pada saat itu suaminya positif Covid-19.

“Masa isolasi di rumah, saya gunakan untuk belajar mengetik dengan anak saya. Karena kemauan, usia tidak masalah, ini sering saya bagi sama kawan- kawan yang alasan ngak bisa, saya sudah merasakan kalau mau semua bisa,” ucap perempuan kelahiran Ambalutu, 16 Juni 1972 ini.

Akhirnya, kata dia, ketika bisa mengetik dan karena hobinya menulis, ia mengikuti tantangan menulis dan tulisan perdana berjudul “Covid-19 Membawa Berkah” dimuat di koran Kompas. Terkadang, sambungnya, ada kebaikan dari keburukan yang diterima, asal bisa mengambil hikmahnya maka akan menghasilkan sesuatu yang baik.

Perubahan lain yang dirasakan dengan kehadiran Tanoto Foundation selain bisa mengetik di komputer adalah banyak materi-materi pembelajaran yang didapat. Diantaranya, cara bagaimana belajar aktif, menyusun Lembar Kerja Peserta DidikĀ (LKPD) yang baik, strategi pembelajaran, budaya baca dan lainnya.

“Banyak sekali perubahan yang saya dapat dan dengan ilmu itu saya ingin merubah dunia pendidikan lebih baik lagi. Harapan saya, Tanoto Foundation teruslah menjadi penggerak pendidikan, sistem-sistem dalam pelatihan tidak hanya dilakukan secara daring karena bagaimana pun tatap muka tetap yang terbaik,” tuturnya.

Isnaini saat membagikan praktik baik dalam forum-forum pelatihan. dok Tanoto Foundation

Isnaini menambahkan, untuk meningkatkan dunia pendidikan di Kisaran, ia selalu membagikan praktik-praktik baik dalam forum-forum pelatihan, dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) serta penyebaran praktik baik lewat media sosial seperti Facebook, WhatsApp dan Youtube.

Tak berhenti di situ saja, guna meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menentukan gagasan pokok pada teks, ia menciptakan sebuah media Bursa Paragraf. Dengan pemilihan media pembelajaran tersebut, menjadikan kegiatan belajar lebih aktif dan menyenangkan.

Menurut Guru Bahasa Indonesia di SMPN 3 Kisaran tersebut, kemampuan siswa menentukan gagasan pokok pada teks selalu rendah dan kurang aktif. Jika diperintahkan membaca teks di buku paket ogah-ogahan seperti kurang menarik para siswa.

Dengan media bursa paragraf yang isinya kumpulan kartu paragraf tanpa disadari siswa, mereka sudah diajak banyak membaca paragraf. Media Bursa Paragraf berhasil mengaktifkan siswa. Sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu para peserta didik mampu mengidentifikasi gagasan pokok pada teks.

“Saya juga ada buku antologi tulisan-tulisan saya judulnya “Celengan Dosa Emakku” yang sudah memiliki International Standard Book Number (ISBN). Buku ini ada di perpustakaan sekolah dan diharapkan anak-anak termotivasi karena gurunya juga sudah memiliki karya,” tandasnya.

Ia menambahkan, keberhasilan dunia pendidikan bukan hanya tanggungjawab para pengajar akan tetapi semua pihak seperti Kepala Sekolah, Dinas Pemerintah, siswa orangtua dan masyarakat. Dengan begitu, kurikulum pendidikan bisa dijalankan dengan sepenuh hati dan menghasilkan siswa berkualitas.

Isnaini juga berharap, pemerintah memperhatikan nasib guru karena tidak semua orang memiliki keberuntungan yang sama seperti dirinya. Misalnya, seperti nasib guru honorer yang terkadang gajinya hanya Rp400- Rp500 ribu per bulan.

“Tapi saya selalu berpesan bagi para guru yang belum beruntung, terus berkarya, ikhlas dan berinovasi. Semua mata nanti melihat apalagi mata Allah SWT, Tuhan Yang Maha Melihat dan yakinlah itu akan menghasilkan kemuliaan,” pungkasnya. (ng)