Produksi Komoditas Pangan Terganggu Akibat Cuaca, BI Sumut Prediksi Inflasi November Lebih Tinggi

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara, Doddy Zulverdi. Ist

Fokusmedan.com : Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) memprediksi inflasi di pada November 2022 secara bulanan diprakirakan sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Kondisi ini karena prakiraan peningkatan curah dan sifat hujan berpotensi mengganggu produksi beberapa komoditas pangan dan perikanan.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara, Doddy Zulverdi mengatakan, disamping potensi bencana hidrometeorologi dan cuaca buruk yang menyebabkan ombak besar, berlanjutnya kelangkaan solar juga dapat menghambat nelayan untuk melaut.

“Masih tingginya harga gabah dan berakhirnya masa panen beberapa komoditas hortikultura di bulan November 2022 diprakirakan turut menjadi faktor pendorong inflasi Sumatera Utara pada bulan tersebut,” kata Doddy melalui siaran tertulis dikutip Selasa (29/11/2022).

Menurut Doddy, koordinasi TPIP maupun TPID Provinsi dan Kab/Kota dalam GNPIP, percepatan realisasi alokasi anggaran pengendalian inflasi, dan normalisasi kebijakan moneter Bank Indonesia diprakirakan menjadi faktor penahan inflasi Sumatera Utara lebih tinggi periode November 2022.

Prakiraan tingkat curah hujan pada November 2022 umumnya juga berada dalam kategori menengah (67,6%) dan tinggi (31,0%). Sementara itu, prakiraan sifat hujan Sumut bulan November 2022 umumnya berada pada kategori normal (49,6%) dan atas normal (34,0%).

“Sebagai dampak spillover eksternal dan domestik, di tengah percepatan pemulihan ekonomi dan normalisasi permintaan masyarakat, inflasi Sumatera Utara pada tahun 2022 diprakirakan lebih tinggi dari 2021 serta berpotensi berada di atas batas sasaran inflasi nasional 3%±1%,” ujarnya.

Lebih jauh Doddy menjelaskan, secara bulanan, Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan 5 kota di Sumatera Utara yang mengalami deflasi sebesar -0,51% (mtm), berbalik arah dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,00% (mtm).

Deflasi pada bulan Oktober ini juga berbeda arah dari rata-rata historis pada periode yang sama selama 3 (tiga) tahun terakhir yang mencatatkan inflasi sebesar 0,04% (mtm). Angka deflasi tersebut juga relatif lebih dalam daripada angka deflasi nasional dan angka deflasi wilayah Sumatera yang masing-masing mencapai -0,11% (mtm) dan -0,33% (mtm).

Sumber deflasi terutama berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil deflasi sebesar -0,57% (mtm) yang didorong oleh penurunan harga komoditas cabai merah, daging ayam ras, telur ayam ras, cabai rawit, dan tomat.

“Pada bulan Oktober 2022 komoditas cabai merah, daging ayam ras, telur ayam ras, cabai rawit, dan tomat menjadi penyumbang deflasi terbesar Sumatera Utara,”tutur Doddy.

Masih kata Doddy, deflasi utamanya disebabkan oleh melimpahnya pasokan seiring dengan puncak panen raya aneka cabai yang berlangsung di bulan Oktober 2022 dan masuknya masa panen tomat, khususnya di sentra produksi utama yakni Tanah Karo.

Sementara itu, penurunan harga daging ayam ras dan telur ayam ras disebabkan adanya panen ayam di sejumlah sentra produksi peternakan (seperti Kabupaten Deli Serdang dan Kota Pematangsiantar) dan didukung masih berlanjutnya program subsidi Pemerintah terhadap harga pakan ternak.

Meskipun demikian, laju deflasi Sumatera Utara tertahan oleh kenaikan harga ikan dencis, ikan tongkol, beras, bensin, dan bawang merah.(ng)