Akhir Pekan Rupiah Berhasil Menguat, Sentuh Rp15.500 per Dolar AS

Fokusmedan.com : Nilai tukar rupiah di akhir pekan berhasil menguat. Rupiah bahkan nyaris menyentuh level Rp15.500 per dolar AS di sesi perdagangan akhir pekan ini.
Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin mengatakan, penguatan rupiah di level tersebut tidak berlangsung lama, karena rupiah berbalik dan diperdagangkan dikisaran angka Rp15.553 per US Dolar pada perdagangan sore. Kinerja rupiah sendiri belum lepas dari tekanan dolar AS, di mana indeks US Dolar yang sempat dikisaran 112 pada awal pekan, melemah dalam 3 hari terakhir dikisaran 110 hingga 111.
Bahkan dolar AS Indeks juga sempat di bawah level 110 di pertengahan pekan ini (Rabu/kamis). Dolar AS indeks yangmemgalami penurunan ditenggarai oleh sikap masing masing Gubernur Bank Sentral AS yang tidak seirama terkait dengan kebijakan suku bunga acuan ke depannya di mana sejumlah Gubernur Bank Sentral AS justru menilai bahwa kenaikan suku bunga acuan secara agresuf tidak dibutuhkan lagi.
Untuk harga emas di akhir pekan ini terpantau mengalami pelemahan dikisaran $1.648 per ons troy nya. Melemah jika dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya. Namun masih lebih mahal dibandingkan kinerjanya di akhir pekan lalu yang bertengger dikisaran $1.624 per ons troy nya.
Namun, berbeda dengan kinerja IHSG yang justru mengalami koreksi di akhir pekan ini. IHSG turun 0.5% di level 7.056,04.
“Pelemahan IHSG tidak terlepas dari koreksi pada bursa asia seiring dengan memburuknya sejumlah data ekonomi penting belakangan ini. Salah satunya adalah kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Eropa yang naik menjadi 2% atau mengalami kenaikan 75 basis poin dari posisi sebelumnya,” ujarnya, Jumat (28/10/2022).
Sementara itu, Amerika Serikat yang sebelumnya merealisasikan pertumbuahn negatif dan dinilai sudah masuk dalam jurang resesi. Baru baru ini AS merealisasikan pertumbuhan ekonomi secara kuartalan (Q3) sebesar 2.6%, atau melebihi ekspektasi kenaikan sebesar 2.4%. Meskipun di sisi lain data tersebut tidak diikuti dengan data pengangguran AS yang justru mengalami peningkatan.
Menurutnya, realisasi pertumbuhan ekonomi AS yang positif tersebut harus disikapi bijak oleh pelaku pasar. Mengingat AS masih akan masuk dalam jurang resesi di tahun 2023 mendatang.
Kebijakan menaikkan suku bunga acuan selama ini akan memberikan dampak buruk bagi ekonomi AS kedepan. Dan membaiknya pertumbuhan ekonomi AS di pekan ini justru memperkuat dugaan bahwa AS akan masuk dalam jurang resesi lagi nantinya atau dikenal dengan istilah double dip recession.
“Jadi jangan langsung percaya atau terbuai dengan data tersebut, yang seakan menjustifikasi bahwa lokomotif pertumbuhan ekonomi global sudah kembali hidup. Terlebih China kembali melakukan lockdown di kota wuhan, seiring dengan peningkatan jumlah kasus Covid-19 di wilayahnya. Lagi-lagi ini akan menjadi masalah baru bagi kinerja ekonomi china maupun mitra dagang China termasuk Indonesia,” pungkasya.(ng)