10/09/2024 8:30
EKONOMI & BISNIS

Pemulihan Ekonomi Sumut Terus Berlanjut, Diproyeksi Tumbuh 4,1-4,9%

Kepala KPw BI Sumut, Doddy Zulverdi. Ist

Fokusmedan.com : Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) tahun 2022 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari tahun 2021 dengan rentang proyeksi 4,1%-4,9% (yoy). Kian pulihnya mobilitas dan membaiknya daya beli akan mendorong konsumsi masyarakat.

Tetap tingginya harga komoditas utama serta berlanjutnya program PEN juga diperkirakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2022 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

“Namun, berlanjutnya konflik geopolitik yang berisiko melanjutkan gangguan rantai pasok global serta perkembangan ekonomi global yang diwarnai peningkatan inflasi menjadi hal yang perlu diwaspadai,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Utara (KPw BI Sumut), Doddy Zulverdi, Jumat (9/9/2022).

Doddy mengatakan, faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi Sumut bias atas yakni membaiknya krisis geopolitik global sehingga turut mendorong perbaikan rantai pasok dan menstabilkan tekanan inflasi. Kemudian terus berlanjutnya program PEN seperti KUR 3%, insentif bantuan tunai, dan insentif PPN-DTP (Ditanggung Pemerintah) yang dapat menjaga daya beli masyarakat.

Selanjutnya, tetap tingginya harga ekspor komoditas utama yang dapat mendorong penguatan produksi dan investasi.

Sementara itu, faktor-faktor yang mendorong ekonomi Sumut bias bawah yakni pandemi Covid-19 yang belum selesai dan wabah penyakit baru yang berisiko menahan mobilitas dan aktivitas masyarakat. Kemudian konflik geopolitik yang terus berlanjut dapat memperpanjang kebijakan proteksionisme pangan global sehingga kembali mengganggu rantai pasok dan mendorong kenaikan inflasi global.

Potensi perlambatan ekonomi negara mitra, kata Doddy, juga akan berdampak pada ekonomi Sumut. Dia menjelaskan, mulai dari perekonomian Cina yang terus menurun, lalu penurunan produksi industri manufaktur di Eropa terkait penetapan efisiensi gas yang lebih dalam dan dapat berdampak pada permintaan dan mempengaruhi kinerja ekspor. Kemudian konflik geopolitik yang berkelanjutan dapat mengakibatkan sikap investor yang wait and see dan cenderung berinvestasi pada save haven.

“Terakhir, tentu dampak lanjutan penyesuaian harga BBM bersubsidi dan penurunan harga komoditas utama, seperti CPO,” kata Doddy.

Begitupun, merujuk pada berbagai indikator ekonomi terkini di Sumut yang terus menunjukkan perbaikan, mengindikasikan jika ekonomi Sumut tetap tumbuh. Itu tercermin pada meningkatnya mobilitas masyarakat yang dapat mendorong konsumsi. Peningkatan ini juga terkonfirmasi melalui peningkatan keyakinan konsumen dan indeks penjualan riil. (ng)