Harga Cabai Merah di Sumut Melambung, Tembus Rp100 Ribu Per Kg
Fokusmedan.com : Harga cabai merah melambung tinggi di Sumatera Utara (Sumut), Senin (13/6/2022) melambung tinggi, tembus Rp100 ribu per kilogram (Kg).
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) menyampaikan, harga cabai merah dijual Rp 100 ribu per kg di Pasar Batu, Kota Padang Sidempuan, Sumut.
Sementara, di Pusat Pasar Kota Medan harga cabai juga tak kalah pedas, tembus Rp 90 ribu per kg. Bila dibandingkan dengan hari sebelumnya, harga cabai pada hari ini melonjak sebesar 41,93 persen di Sumut.
Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, kenaikan harga cabai merah tersebut kian membenamkan daya beli masyarakat
“Yang paling parah masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang tinggal di wilayah perkotaan,” ujarnya.
Ia mengatakan faktor pemicu kenaikan harga cabai di wilayah Sumut tidak terlepas dari kenaikan harga cabai di wilayah jawa yang sudah terlebih dahulu menembus angka Rp 100 ribu per Kg.
“Sehingga para agen atau pedagang besar berlomba lomba untuk membeli cabai merah dari banyak wilayah. Alhasil harga cabai di banyak wilayah terkerek naik mengikuti harga cabai di pulau jawa,” jelasnya.
Dari hasil kajian Gunawan di lapangan, masyarakat menengah kebawah dengan 4 orang anggota keluarga membutuhkan 1 kg cabai untuk memenuhi kebutuhan selama dua pekan.
“Kalau sebulan sekitar 2 kg, dan rata rata harga cabai dibulan Mei adalah 31 ribuan per kg (sampel wilayah Sumut) maka ada potensi tambahan pengeluaran sekitar Rp 140 ribu per bulan hanya untuk cabai saja,” katanya.
Lebih lanjut Gunawan menyampaikan masyarakat ekonomi menengah ke bawah di perkotaan imenghabiskan sekitar Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per hari (tahun 2021) untuk memenuhi kebutuhan sayur mayur, sambal dan lauk.
“Itu diluar beras, listrik, pulsa, LPG, BBM, jajan anak-anak, rokok, sewa rumah, hingga cicilan,” ucapnya.
Gunawan membeberkan yang menjadi persoalan adalah yang naik belakangan ini bukan hanya cabai merah saja.
“Cabai rawit, cabai hijau, daging dan telur ayam, produk turunan kedelai seperti tahu dan tempe, sayur sayuran, ikan segar, tepung, rokok hingga bawang,” imbuhnya.
Dengan kenaikan harga tersebut, kebutuhan pengeluaran masyarakat menengah kebawah itu naik setidaknya 10 ribu per harinya.
“Atau ada pengeluaran tambahan sekitar Rp 300 ribu per bulan. Ditengah kondisi ekonomi yang serba sulit dihantam pandemi, bukan perkara gampang untuk mendapatkan Rp 300 ribu itu,” ujar Gunawan.
Di tengah kenaikan harga kebutuhan hidup tersebut, Gunawan menuturkan pemerintah harus mengalokasikan dana yang lebih besar untuk bantuan sosial. Anggarannya harus naik dan lebih besar dari alokasi di tahun sebelumnya.
“Banyak masyarakat yang masuk dalam garis kemiskinan dan terjebak dalam kemiskinan ekstrim. Pemerintah harus memprioritaskan penyelamatan masyarakat yang masuk dalam kemiskinan ekstrim tersebut,” ungkapnya.
“Dan masyarakat harus punya skala prioritas pengeluaran. Pengeluaran untuk pulsa, BBM, listrik harus ditekan (dihemat) lagi,” tandasnya.(Rio)