
minyak goreng di Deli Serdang. Ist
Fokusmedan.com : Temuan adanya tumpukan minyak goreng sebanyak 1,1 juta liter di Deli Serdang itu cukup mengejutkan banyak pihak. Di tengah kelangkaan minyak goreng saat ini, justru masih ada stok minyak goreng yang menumpuk bahkan angkanya cukup signifikan.
Pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin mengatakan, masyarakat jangan keburu memberikan penilaian tehadap temuan tersebut. Biarkan pihak yang berwajib yang bekerja untuk mengungkap temuan tersebut karena akan ada banyak kemungkinan.
“Bisa aja tumpukan tersebut muncul karena biaya untuk membuat minyak goreng itu tadi sudah kelewat mahal. Artinya minyak goreng berpeluang merugi jika dipasarkan mengacu kepada HET yang ditetapkan pemerintah Rp14.000 per liter,” ujarnya, Senin (21/2/2022).
Terlepas dari dugaan tersebut, kata dia, jika seandainya minyak goreng itu didistribusikan ke masyarakat Kota Medan dengan harga Rp14 ribu per liternya. Maka 1,1 juta liter itu bisa memenuhi kebutuhan masyarakat di Kota Medan selama 2 minggu.
Mengacu kepada data BPS terkait konsumsi minyak goreng masyarakat di Medan di mana per kapita mengkonsumsi sekitar 0.25 liter per minggu. Berarti rata-rata satu keluarga di Medan membutuhkan sekitar 1 liter per minggu.
“Dan hasil dari survey acak saya ke sejumlah ibu rumah tangga, konsumsi minyak goreng per satu keluarga di Medan tidak jauh berbeda dengan survey BPS. Di Medan sendiri ada sekitar 500 ribu keluarga,” katanya.
Menurutnya, 1,1 juta liter itu tadi akan mampu menggiring harga minyak goreng di kota medan ke harga yang seperti diatur oleh KEMENDAG (14 ribu per liter). Dan tidak ada kelangkaan minyak goreng di Medan.
Jadi, katanya, kita berharap pemerintah terus melakukan pengawasan dan terus melakukan penelusuran agar tidak ada penumpukan minyak goreng di manapun. Dengan kelangkaan seperti ini, seharusnya di gudang itu sudah tidak terjadi penimbunan.
“Pemerintah harus benar-benar menguasai atau mengawasi industri hulu minyak goreng ditambah dengan distribusinya. Dari temuan tersebut saya justru mengkhawatirkan kemungkinan adanya praktrek serupa di tempat lain,” tuturnya.
Disparitas (perbedaan) harga yang tinggi ini, tambahnya, memang menggiurkan buat oknum pengusaha dan yang namanya spekulan itu bukan hanya di level pengusaha besar saja. Dengan perbedaan harga minyak goreng yang terlampu besar ini memicu tumbuhnya spekulan-spekulan di lapangan. Mulai dari pengusaha besar, pedagang besar (distributor), pedagang pengecer hingga orang perseorangan yang memiliki kesempatan untuk meraup untung.(ng)
