Otak di Balik Rudal Korut, Kim Jong-Un Sangat Mengandalkan Tiga Sosok ini
Fokusmedan.com : Serangkaian uji coba rudal baru Korea Utara, termasuk apa yang disebutnya sebagai senjata “hipersonik”, menegaskan pentingnya para insinyur dan ilmuwan rudal negara itu, kelompok yang terkenal di dalam pemerintahan tetapi tidak terlihat orang luar.
Pengamat mengatakan Kim Jong Un tampaknya mengambil langkah-langkah untuk melembagakan pasukan rudal, menandakan kemungkinan niatnya untuk menjadikan mereka bagian operasional jangka panjang dari rencana militernya. Inilah hal yang diketahui – dan apa yang tidak diketahui – tentang personel penting ini, dikutip dari Reuters, Selasa (25/1).
Para ilmuwan
Sangat sedikit yang diketahui terkait nama dan posisi ilmuwan dan teknisi tingkat menengah dan tingkat kerja yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan rudal.
Pengamat mengatakan orang-orang ini tampaknya memiliki jaminan keamanan kerja karena sumber daya dan upaya yang dikeluarkan untuk mendidik dan melatih mereka, dan mereka diasingkan ke distrik-distrik khusus sehingga mereka tidak berisiko membelot atau memicu gangguan politik atau sosial bagi rezim.
“Tidak seperti kader ekonomi atau bahkan komandan militer, ini adalah populasi yang tidak mudah tergantikan,” jelas ahli kepemimpinan Korea Utara di Stimson Center Washington, Michael Madden.
Banyak dari mereka menempuh pendidikan di Universitas Pertahanan Nasional Kim Jong Un, sebuah tempat pelatihan untuk spesialis sains dan teknologi terkait pertahanan Korea Utara yang dilaporkan telah menambahkan kampus yang berfokus pada “teknologi rudal hipersonik.”
Ken Gause, direktur Grup Urusan Internasional di CNA organisasi nirlaba penelitian dan analisis organisasi di Arlington, Virginia, mengatakan para ilmuwan dan insinyur sering kali tampak terpecah menjadi tim yang bersaing merancang jenis senjata yang serupa, memungkinkan mereka menempuh berbagai rute untuk melihat teknologi mana yang paling menjanjikan.
Penelitian tahun 2018 oleh James Martin Center for Nonproliferation Studies (CNS) menemukan ilmuwan Korea Utara bekerja dengan peneliti di negara lain untuk menulis bersama setidaknya 100 artikel yang diterbitkan yang memiliki signifikansi yang dapat diidentifikasi untuk teknologi penggunaan ganda, senjata pemusnah massal, atau tujuan militer lainnya.(yaya)