Perayaan Imlek Paryasop Diikuti Ratusan Alumni
Fokusmedan.com : Perayaan Imlek Alumni SMAN 2 Yayasan Tunas Bangsa Soposurung yang tergabung dalam Ikatan Alumni Asrama Yayasan Soposurung (Paryasop) berlangsung meriah dihadiri ratusan alumni di seluruh dunia melalui aplikasi zoom, Minggu (21/2). Kondisi pandemic Covid 19 tidak menghalangi terlaksananya Perayaan Imlek Paryasop yang dilaksanakan setiap tahun bersama Ketua Dewan Pengawas Yasop, Robert Njo dan keluarga.
Robert Njo mengucapkan selamat merayakan Imlek dan khusus pada perayaan Imlek Paryasop tahun ini ia menghadirkan tiga pembicara dari Medan, Jakarta dan Australia, yaitu DR Indra Wahidin, Ir Azmi Abubakar dan DR Kristanto, dengan tema acara “ _Tommorow Will Be Better”._
“Saya sengaja memilih tema itu di masa pandemi ini dan meminta ketiga pembicara untuk berbagi pengalaman bagaimana hidup pantang menyerah hingga mendapatkan hidup yang lebih baik. Tujuannya agar alumni tetap penuh semangat dan menambah wawasan serta menginspirasi mereka,” papar Robert Njo yang hadir bersama istri, anaknya Robin Njo, kedua orangtua, dan adik-adiknya Victor dan Kris.
Robert secara khusus berpesan agar setiap alumni dapat menghormati dan menghargai orangtua mereka. Sebab, katanya, orangtua harus didahulukan sebelum kegiatan sosial lainnya. Orangtua membesarkan dan anak harus menyertai mereka sampai tua. Sebab itu yang utama kita harus berbakti dahulu kepada orangtua. Dirinya sendiri diakui, meski telah memiliki 4 orang cucu tapi masih memijat kaki papa mamanya, membantu mereka mengoperasikan handphone dan sebagainya.
Robin Njo, putranya yang juga Direktur Utama PT Seluma Clean Energy menyatakan beruntung dapat belajar dengan melihat bagaimana orangtuanya memperlakukan orangtua mereka.
“Saya learning by seeing. Belum tahu apa saya bisa sebaik Papa saya ke Opung saya. Saya lakukan itu juga agar anak saya learning by seing. Sehingga bisa turun temurun. Jika ada yang tidak dapat kesempatan seperti saya, silahkan mulai saja dari diri sendiri,” pesan Robin.
Indra Wahidin menerangkan sejarah dan menurutnya makna Imlek selain tradisi kumpul keluarga, juga berdoa untuk tahun berjalan agar negara jauh dari bencana, rakyat hidup sejahtera dan keluarga lebih harmoni. Ia juga menjelaskan, banyak kesamaan antara budaya Tiongkok dengan budaya Batak.
“Intisari budaya Tiongkok dapat dijelaskan dengan 4 kata, yaitu pertama setia, yaitu setia pada negara, niaga dan persahabatan. Kedua, berbakti pada orangtua sehingga tidak mendapat karma kurang baik. Ketiga, rajin dan tekun, sehingga berhasil dalam usaha. Ke empat hemat sehingga menyiapkan dana untuk hari depan, Jika ini dijalankan kita dapat hidup tenang dan senang sampai kapanpun,” pungkasnya.
Sementara Ir Azmi Abubakar, asal Aceh yang merupakan pendiri Museum Pustaka Peranakan Tionghoa menegaskan pentingnya meneruskan hal baik yang sudah dilakukan generasi sebelumnya.
“Berbicara budaya Tionghoa adalah bicara tentang diri kita sendiri. Imlek seperti Lebaran dan Natalan, meriah berkumpul bersama keluarga. Imlek menjadi kemeriahan bersama sebagai tradisi bangsa Indonesia berbilang abad. Dirasakan di berbagai daerah. Bukan saja Barongsai, Tandijor dan pasar malam menjadi media interaksi. Ada tradisi yang tidak ada di Tiongkok dilakukan di sini. Tradisi makan Ikan Bandeng misalnya, memiliki simbol bagi Betawi dan juga Tiongkok. Duri Bandeng yang banyak, maka kita harus memilah-milah durinya agar bisa menikmati lezat-lembutnya daging ikan Bandeng. Begitu juga tradisi petasan, yang maknanya untuk mengusir monster atau hal-hal jahat dan yang tidak baik. Ada pula tradisi Barongsai dan pemberian Angpao. Kadang teknologi juga menghilangkan filosofi. Seperti presto yang melunakkan hingga duri ikan Bandeng,” terang Azmi.
Terakhir, DR Kristanto memaparkan bagaimana melewati kondisi yang kurang baik, khususnya saat pandemi melalui kalimat “every cloud has a silver lining”, seperti habis gelap terbitlah terang dari Ibu kita kartini. Sehingga, meski sudah di titik terendah sekalipun harus bangkit dan jangan sampai kita hilang harapan.
“Dalam setiap krisis ada kesempatan. Apa kesempatan itu, maka harus buat tindakan. Misalnya tantangan tidak dapat berkumpul maka solusinya menggunakan zoom. Kita bisa saja gagal, tapi kita juga bisa mencoba lagi. Jika ilmu tinggi dan mau kerja keras, batangan besi pun bisa diasah menjadi jarum. Hal sukses juga dipengaruhi waktu yang tepat, lokasi dan hubungan baik yang harmoni. Selain itu, konsisten dan kesabaran juga sangat penting,” paparnya.
Acara diselingi dengan ucapan Selamat Imlek dari alumni berbagai angkatan di seluruh dunia. Tercatat 1.800 orang alumni Yasop. Yesika, salah satu alumni menjelaskan ia dan 9 alumni lain tengah berada di Taiwan. Ada yang bekerja dan meneruskan pendidikan. Turut hadir Ketua Yasop dr Tota Manurung, Ketua Alumni Paryasop Henry Napitupulu, Candra Yap dengan MCArmando dan Angela. Acara ditutup dengan foto bersama dan menyanyikan lagu Kemesraan oleh alumni dari berbagai lokasi.(ril)