Harga Pangan Bergerak Liar Selama Nataru, Sumut Dipastikan Inflasi
fokusmedan : Kinerja harga sejumlah kebutuhan pokok selama Natal dan Tahun Baru (Nataru) bergerak dengan fluktuasi yang sangat tajam. Harga sejumlah kebutuhan pokok khususnya bahan pangan holtikultura dan sumber protein mengalami gejolak yang cukup besar.
Dari hasil pengamatan di lapangan, harga cabai merah yang biasanya dijual dikisaran Rp40 ribuan per Kg menjelang natal (mulai tgl 21 Desember) harganya meroket menjadi Rp60 ribu per Kg.
Namun, saat Natal mengalami kenaikan hingga mencapai Rp75 ribu per Kg, turun lagi dikisaran 42 ribu di H-2 sebelum tahun baru dan naik lagi menjadi Rp68 ribuan sehari sebelum Tahun Baru dan bertahan di kisaran Rp55 ribu hingga Rp68 ribu di 1 Januari 2021.
Untuk cabai rawit, harga dikisaran angka Rp42 ribuan per Kg dan naik lagi dikisaran Rp50 ribu saat jelang Natal. Sempat naik ke Rp80 ribu menjelang Tahun Baru dan sejauh ini berada dikisaran angka Rp64 ribuan per Kg.
Untuk bawang merah naik dari kisaran Rp25 hingga Rp27 ribuan rupiah. Namun saat perayaan Natal dan Tahun Baru harga bawang merah naik dikisaran Rp35 ribuan rupiah per Kg.
Untuk daging ayam, saat jelang Natal sempat menyentuh Rp39 ribu rupiah per kg namun secara konsisten mengalami penurunan. Di saat perayaan Natal turun menjadi Rp35 ribuan rupiah dan turun terus dikisaran Rp33 ribuan jelang tahun baru dan pada 1 Januari turun di level 30 ribu per Kg.
Sementara komoditas lainnya terpantau stabil, meskipun beberapa komoditas pangan tahan lama seperti minyak goreng dan gula sempat naik sebelum Natal walupun kenaikannya terhenti. Kecuali sayur mayur yang memang mengalami kenaikan tajam pada saat perayaan hari besar.
Ketua Tim Pemantau Harga di Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, dari hasil pengamatan, fluktuasi pada komoditas yang secara signifikan berpengaruh besar terhadap laju tekanan inflasi di Sumut lebih banyak dipengaruhi oleh buruknya cuaca.
“Selain itu, naiknya harga-harga pangan juga dipengaruhi perayaan hari besar yang membuat aktifitas perdagangan terganggu, konsumsi yang naik hingga antisipasi produksi yang tidak akurat dalam memproyeksikan daya beli,” katanya, Jumat (1/1/2021).
Dari pantauan perkembangan harga pangan yang terjadi selama Desember 2020, kata dia, dan beberapa harga yang lainnya, Sumut di Desember 2020 akan merealisasikan laju tekanan inflasi. Inflasi di Sumut akan bergerak dalam rentang 0,35% hingga 0,45%.
Sejumlah komoditas pangan yang mengalami kenaikan dibandingkan blan November yakni cabai rawit yang naik sekitar 75%, cabai merah naik 27%, telur ayam rata-rata naik 10%, Minyak Goreng naik 5%, daging ayam dan gula pasir naik 2%.
Beberapa komoditas sayur-sayuran yang naik diantaranya adalah kol, dan beberapa jenis sayuran lainnya. Ikan segar juga mengalami kenaikan selama desember tahun 2020 kemarin.
“Besaran laju tekanan inflasi di Desember terbilang tinggi. Khususnya jika dikaitkan dengan masalah daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya mengalami pemulihan,” ujarnya.
Laju tekanan inflasi selama Desember ini dipicu oleh cuaca buruk yang menggiring kepada titik keseimbangan pasar yang cenderung mengarah kepada penurunan stok barang. Dan Inflasi yang terjadi selama Desember 2020 bukan karena didorong sepenuhnya oleh konsumsi yang meningkat dan ketersediaan stok barang yang diklaim tercukupi selama Desember ternyata tidak berkorelasi positif terhadap pembentukan harga.
Karena data ketersediaan barang tersebut tidak dibarengi dengan kajian yang menyeluruh terkait dengan kesiapan jalur distribusi dalam menghadapi gangguan cuaca ataupun perayaan hari besar.
“Pemerintah daerah seharusnya sudah mengkaji lebih dalam dan bisa merumuskan kebijakan yang konkrit guna mengatasi masalah inflasi disaat terjadi perayaan hari besar baik keagamaan maupun libur nasional lainnya,” pungkasnya.(ng)