Mendikbud Ingatkan Guru Fokus Siapkan Logistik untuk Asesmen Kompetensi Minimum
fokusmedan : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengingatkan para guru agar memfokuskan diri pada persiapan logistik menghadapi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang akan dimulai pada 2021 mendatang.
“Bagi guru-guru dan kepala sekolah di seluruh Indonesia mohon fokus pada logistik proses ini. Kami sudah mempersiapkan TIK-nya (Teknologi Informasi dan Komunikasi) nanti ada rencana logistik, jadi persiapkan saja prosesnya,” pesan Mendikbud dalam Rapat Kerja bersama Komisi X DPR RI di kompleks DPR-MPR RI, Senayan, Jakarta pada Senin (16/11).
Pasalnya akan ada sejumlah sekolah yang tak memiliki perangkat komputer akan menggelar AKM di sekolah lain yang telah mempunyai perangkat TIK.
“Akan banyak sekali teman-teman kita harus menjadi tuan rumah bagi sekolah lain, karena mereka yang punya komputer. Itu aja, kita fokus pada proses dan itu,” tegasnya.
Nadiem juga meminta supaya para orang tua tak perlu para menyiapkan anak-anaknya untuk menghadapi AKM. Apalagi sampai memasukkan anaknya ke lembaga bimbingan belajar.
“Artinya asesmen ini tidak ada konsekuensi negatif apa pun terhadap murid-murid pembelajaran. Jadinya tidak ada gunanya keluarkan uang untuk bimbel (bimbingan belajar),” katanya.
Alasannya disebut Nadiem, lantaran AKM ini tak akan memiliki konsekuensi apa pun bagi murid. Mengingat AKM ini merupakan sebuah evaluasi untuk sekolah. Ditambah juga AKM ini tak bisa di-bimbel-kan.
“Ini adalah kompetensi bernalarnya murid, kita ingin melakukan pemotretan situasi yang ada. Tidak bisa hanya melakukan bimbel-bimbel secara cepat tiba-tiba meningkat. Jadinya mohon orang tua murid agar bahwa tidak ada keperluan sama sekali untuk analnya dipersiapkan untuk AKM,” tandasnya.
AKM ini merupakan suatu bentuk evaluasi sekolah yang digagas Mendikbud Nadiem Makarim untuk menggantikan Ujian Nasional atau UN yang telah dihapus pada 2019 silam. Sebagai pengingat, AKM ini disebutkan Nadiem sebagai konsep penyederhanaan dari ujian nasional yang begitu kompleks. Konsep yang digunakan adalah asesmen yang mengukur kemampuan minimal yang dibutuhkan para siswi. Materi yang dinilai adalah literasi dan numerasi.
“Literasi itu bukan hanya kemampuan membaca. Literasi adalah kemampuan menganalisis suatu bacaan. Kemampuan memahami konsep di balik tulisan tersebut,” kata Nadiem dalam sebuah acara di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (11/12/2019).
Sedangkan numerasi, kata Nadiem, ialah kemampuan menganalisis dengan menggunakan angka-angka.
“Ini adalah dua hal yang akan menyederhanakan asesmen kompetensi mulai 2021,” tuturnya.
Nadiem menegaskan, konsep asesmen kompetensi pengganti ujian nasional itu bukan lagi berdasarkan mata pelajaran maupun berdasarkan penguasaan konten atau materi.
“Ini berdasarkan kompetensi minimum yang dibutuhkan murid-murid untuk bisa belajar apa pun mata pelajarannya,” ujar mantan bos Gojek Indonesia itu.(yaya)