Enggan Jadi Karyawan, Feri Buka Lapangan Kerja di Sektor Pertanian
fokusmedan : Bagi sebagian orang, menjadi karyawan sebuah perusahaan sesuatu hal yang membanggakan bahkan risiko untuk merugi itu kecil. Tidak untuk Feri Triono (43) warga Dusun XI Desa Sei Rotan Deli Serdang, ia lebih memilih membuka usaha sendiri dan menciptakan lapangan pekerjaan.
Usaha yang digelutinya adalah di sektor pertanian, di mana ia menampung padi dan jagung dari petani langsung. Kemudian dijemur dan dijual ke pabrik.
“Saya tamatan STM dan setelah tamat pada tahun 1995 langsung diterima kerja di salah satu bengkel ternama di Medan. Namun, itu tidak sesuai dengan hati nurani saya, sepertinya bekerja menjadi karyawan bukan diri saya, ” kata suami dari Tuti Agustina ini, Senin (12/10/2020).
Kemudian, Yono panggilan akrabnya, memilih menjadi seorang petani. Dan beberapa tahun kemudian sekitar tahun 2001, ia mencoba untuk menerima atau menampung padi dan jagung dari para petani.
Awalnya, pekerja yang membantu dirinya hanya sekitar tiga orang. Kini, seiring dengan berkembangnya usaha tersebut, sedikitnya ada 11 orang bekerja setiap hari dan di tambah pekerja di lapangan 30-40 orang yang tugasnya menanam dan juga memanen jagung di ladang.
“Dengan begitu, banyak orang yang bisa terbantu. Bukan hanya petani tetapi juga masyarakat yang membutuhkan pekerjaan,” ujarnya.
Bahkan, di tengah pandemi corona seperti ini, ayah dari tiga anak tersebut tetap mampu bertahan. Tak ada satu pekerja pun yang diberhentikan.
“Alhamdulillah sampai sekarang masih tetap lancar. Kendalanya hanya di cuaca dan harga yang kadang murah. Kalau untuk pasokan jagung dan padi itu selalu ada karena di Deli Serdang ini masih banyak petani jagung dan padi,” ucapnya.
Diakuinya per minggu, ia bisa menampung jagung sekitar 70-100 ton sedangkan jika musim panen padi sekitar 10 ton per hari. Dan untuk harga padi kering di pabrik sekitar Rp5.800 per kg dan jagung Rp4.000 per kg.
Ia berharap usahanya ini dapat terus bertahan dan berkembang serta semakin banyak orang bisa bekerja. Setidaknya mengurangi angka pengangguran di daerah pedesaan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menyebutkan, lapangan pekerjaan utama pada Februari 2020 penduduk paling banyak bekerja di sektor pertanian sekitar 38,48 persen. Kemudian disusul sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor 16,66 persen dan sektor industri pengolahan 8,26 persen.
Kepala BPS Sumut Syech Suhaimi mengatakan, potensi lapangan pekerjaan di sektor pertanian di Sumut sangat menjanjikan. Dari lapangan pekerjaan utama, sektor pertanian menyerap lapangan pekerjaan terbanyak.
“Memang penyerapan lapangan pekerjaan itu tertinggi di sektor pertanian sebanyak 38,48 persen. Sektor ini berpotensi mengingat lahan pertanian di Sumut juga banyak,” katanya.
Suhaimi merinci, jumlah penduduk di Sumut yang bekerja pada Februari 2020 sebanyak 6,95 juta orang, sedangkan yang menganggur sebanyak 345 ribu orang. Dibanding Februari 2019, jumlah penduduk bekerja berkurang 87 ribu orang, sedangkan pengangguran berkurang 69 ribu orang.
Sementara itu, jumlah angkatan kerja di Sumut pada Februari 2020 sebanyak 7,29 juta orang. Jumlah tersebut mengalami penurunan 156 ribu orang dibandingkan Februari 2019. Komponen pembentuk Angkatan Kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran.
“Dalam setahun terakhir TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) turun 0,83 poin menjadi 4,73 persen pada Februari 2020. Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT paling tinggi adalah TPT dengan jenjang pendidikan SMK yaitu sebesar 7,51 persen,” terangnya.
Syech Suhaimi menjelaskan, TPT pada Februari 2019 sebesar 5,56 persen turun menjadi 4,73 persen pada Februari 2020. Dilihat dari tempat tinggalnya, TPT di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding di perdesaan.
Pada Februari 2020, TPT di perkotaan sebesar 6,75 persen, sedangkan TPT di perdesaan hanya 2,33 persen. Dibanding setahun yang lalu, TPT di perkotaan mengalami penurunan sebesar 1,11 poin dan TPT perdesaan mengalami penurunan sebesar 0,69 poin.
Dilihat dari tingkat pendidikan, lanjut Syech Suhaimi, pada Februari 2020 TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan adalah paling tinggi diantara tingkat pendidikan lain yaitu sebesar 7,51 persen.
Sedangkan pada Februari 2019 yang paling tinggi adalah tingkat pendidikan Universitas. TPT tertinggi berikutnya terdapat Diploma sebesar 6,56 persen.
Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja yang berlebih terutama pada tingkat pendidikan SMK dan Diploma. Sedangkan mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, seperti TPT SD ke bawah paling kecil diantara semua tingkat pendidikan yaitu sebesar 2,50 persen.
Terkait dengan turunnya jumlah angkatan kerja, Syech Suhaimi menyebutkan, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga turun. TPAK pada Februari 2020 tercatat sebesar 72,00 persen, turun 2,57 poin dibanding setahun yang lalu. Penurunan TPAK ini memberikan indikasi adanya penurunan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja.
Dilihat berdasarkan tren lapangan pekerjaan selama Februari 2019-Februari 2020, lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase penduduk bekerja terutama pada sektor jasa keuangan asuransi, real estate, jasa perusahaan dan jasa lainnya (0,88 poin) dan konstruksi (0,83 poin).
Sedangkan sektor yang mengalami penurunan paling besar pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan (1,97 poin), perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor (0,89 poin) dan perdagangan besar dan penyediaan akomodasi dan makan minum (0,36 poin).
Dari seluruh penduduk bekerja pada Februari 2020, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan/pegawai (37,94 persen), diikuti status Berusaha Sendiri (17,80 persen), kemudian Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar (17,05 persen).
Selanjutnya status pekerja keluarga/tak dibayar (17,03 persen), dan status Pekerja Bebas di non pertanian (3,76 persen). Sementara penduduk yang bekerja dengan status Berusaha dibantu buruh tetap memiliki persentase 3,42 persen dan yang paling kecil adalah status pekerja bebas di pertanian sebesar 3 persen.(ng)