Terisolir Sejak Indonesia Merdeka, Warga di Ende NTT Merindukan Jalan
fokusmedan : Sudah 75 tahun Indonesia merdeka namun salah satu desa di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur masih sangat terisolir. Jangankan jaringan komunikasi, jalan penghubung antar desa pun tidak ada.
Kini warga menaruh harapan terhadap program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke 108, yang berhasil meretas bukit curam nan terjal dari Desa Reka menuju ke Desa Wolokota, Kecamatan Ndona yang terisolir.
Medebarkan jantung. Perjuangan anggota Kodim 1602/Ende bersama warga kedua desa, membuka jalan sepanjang tiga kilometer di atas bukit yang terjal dan curam. Salah melangkah bukan hanya cedera, mati pun menanti.
Untuk mencapai titik awal pembukaan jalan baru di desa Reka, melewati dua desa yakni Wolotopo dan Ngalupolo. Medannya menantang menyusuri lereng-lereng bukit curam, jalan juga berbatu dan lebarnya hanya muat untuk satu kendaraan roda empat.
Pembukaan jalan menuju ke Desa Wolokota menggunakan alat berat yakni dua eksavator dan satu braket. Namun karena medan yang sulit untuk berpijak, anggota TNIĀ bersama warga harus turun tangan bekerja secara manual.
Tidak ada akses jalan ke Desa Wolokota. Dari kota Ende, jalan mentok di desa Reka itu pun jalurnya menanjak dan berkelok-kelok sehingga dari atas kendaraan bisa dilihat secara jelas banyak jurang curam yang langsung menghadap bebas ke laut.
Warga Desa Wolokota biasanya gotong royong membawa hasil bumi untuk dijual di kota Ende. Mereka lebih memilih jalur laut ketimbang harus menyusuri lereng bukit curam yang dipenuhi bebatuan lepas.
Melalui jalur laut pun tetap membuat jantung berdebar karena tidak ada pantai apalagi dermaga. Laut selatan langsung bersentuhan dengan dinding tebing. Warga biasanya naik ke sampan kecil lalu berpindah ke perahu, yang jaraknya satu meter dari dinding tebing.
Kepala Desa Wolokota, Valentinus A. Senda kepada merdeka.com mengungkapkan, yang paling sulit bagi warga adalah kesehatan dan ekonomi. Secara gotong royong warga menggotong ibu hamil yang mau melahirkan, menuruni punggung bukit curam untuk mencapai Puskesmas Ngalupolo, hal ini terpaksa dilakukan agar nyawa ibu dan bayi diselamatkan. Jumlah penduduknya 338 jiwa.
“Sebelum akses jalan ini dibuka atau ada, yang kita sangat sulit itu yang paling pertama menyangkut dengan kesehatan, yang kedua menyangkut dengan perekonomian itu menjadi kesulitan kita. Mau jualan ke kota tidak sempat karena menggunakan pikul, kalau memang sangat membutuhkan menyangkut perekonomian secara khusus untuk biaya anak sekolah, terpaksa kita harus membawa atau memikul ke kota yang butuh waktu sehari. Untuk kesehatan yang paling unik atau sulit itu berkaitan dengan ibu yang sedang hamil, kita harus berjuang membawa ke kota dan juga dari masyarakat partisipasi supaya bisa membantu sampai ke tempat atau ke puskesmas,” jelasnya, Senin (27/7).
Sementara itu kepala Desa Reka, Nobertus K. Y. Lana berterima kasih kepada Kodim 1602/Ende yang sudah bersusah payah membuka akses jalan dari desanya menuju desa Wolokota, yang selama ini tertutup akibat tidak memiliki akses.
“Untuk kegiatan TMMD ini untuk kelanjutan buka jalan dari Reka ke Wolokota saya sebagai pemerintahan desa bersama masyarakat, sangat mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak TNI. Mereka melakukan pekerjaan ada dua kegiatan yaitu kegiatan fisik dan nonfisik. Kegiatan fisik itu lanjutan pembukaan jalan dari Desa Reka menuju ke Wolokota dan juga ada pembangunan gedung taman bacaan, MCK dan juga kandang ayam. Ada juga kegiatan nonfisik yaitu kegiatan penyuluhan di bidang pertanian, peternakan, lingkungan hidup dan juga kesehatan ibu dan anak dan juga KB,” tuturnya.
Melalui Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke 108, Kodim 1602/Ende dengan waktu yang sangat singkat yakni hanya satu bulan, bertekad mewujudkan asa warga Wolokota menikmati jalan raya.
Kodim 1602/Ende memilih membuka akses ke Wolokota karena sudah lama warga ingin menikmati jalan. Bahkan warga antusias membantu tentara dengan caranya masing-masing.
“Kendalanya kita karena kondisi kontur medannya yang tanahnya rentan bergerak sehingga kita harus menggunakan dua cara, yakni menggunakan alat berat maupun kita menggunakan manual. Yang manual kita menggunakan safety dengan harnes, menggunakan gantung dengan linggis dan janco untuk membuka dinding bagian atas, karena kalau alat bergerak dibawa rawan dengan longsor, sehingga kita hancurkan dulu atasnya yang manual baru alat masuk. Alat breker masuk baru alat bekonya berjalan jadi kita saling bergantian.”
“Risikonya sehingga kita sedikit lambat makanya kami tarik waktu satu bulan karena kami menghitung dengan medan seperti itu kalo kita lakukan pra TMMD satu minggu tidak dapat, sehingga kami mengajukan permohonan ke korem disetujui dengan kondisi medan sehingga kami satu bulan. Personel 150 orang ditambah masyarakat Reka dan Wolokota yang turun membantu tiap hari,” ungkap Dandim 1602/Ende Letkol (Inf) M. Fuad Suparlin.
Asa warga desa Wolokota menikmati akses jalan belum pupus meski para personel Tentara Manunggal Membangun Desa tinggal beberapa hari lagi ditarik mundur. Terbatasnya waktu Tentara Manunggal Membangun Desa menjadi hambatan besar.
Walau demikian pemerintah kabupaten Ende menyatakan siap melanjutkan pekerjaan jalan tersebut, hingga warga Desa Wolokota bisa beraktivitas secara lancar ke Kota Ende.
Asisten I Setda Ende, Abraham Badu menyatakan, pihaknya siap berkoordinasi dengan DPRD untuk membahas kelanjutan pembangunan jalan itu.
“Membuka jalan Reka ke Wolokota memang kita lihat kondisi berat tetapi Pemda sudah menyatakan bahwa akan melanjutkan kegiatan ini, nanti akan kami segera koordinasi dengan lembaga DPRD untuk bagaimana supaya melanjutkan kegiatan ini dan pak bupati sudah pesan kepada saya, bahwa paling cepat tahun ini paling lama tahun depan untuk jalan ini tembus di kampung Wolokota. Pemerintah siap untuk melanjutkan,” tegasnya.(yaya)