10/10/2024 10:59
NASIONAL

Hingga 14 Mei 2020, Polri Tangani 104 Kasus Hoaks Corona

fokusmedan : Direktorat Siber Bareskrim Mabes Polri tengah menangani 104 berita palsu atau hoaks menyangkut Virus Corona atau Covid-19.

“Perkembangan penanganan kasus hoaks Virus Corona sampai dengan hari ini Jumat, 14 Mei 2020 ada sebanyak 104 kasus hoaks yang ditangani oleh Polri,” kata Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Ahmad Ramdhan, di Jakarta, Selasa (26/5).

Rinciannya, Polda Metro Jaya menangani 14 kasus, Polda Jawa Timur menangani 12 kasus, Polda Riau menangani 9 kasus.

“Polda Jawa Barat menangani 7 kasus, Dittipidsiber Bareskrim menangani 6 kasus, dan 56 kasus lainnya ditangani oleh Polda jajaran,” katanya.

Diberitakan sebelumnya, Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Raden Prabowo Argo Yuwono menegaskan akan terus patroli untuk mencegah beredarnya berita-berita hoaks yang meresahkan masyarakat. Polisi meminta masyarakat bisa memilah informasi yang beredar.

“Apabila masyarakat memerlukan informasi terkait Virus Corona atau Covid-19 diharapkan bisa mengakses situs resmi pemerintah atau mendapatkannya dari media massa yang kredibel. Jadi, sampai saat ini demikian kasus hoax Corona yang sedang ditangani,” kata Argo.

Kominfo menyebutkan, saat ini terdapat tiga level penyebaran informasi di tengah masyarakat. Hal tersebut juga menunjukkan pihak-pihak yang bakal didekati Kemenkominfo jika terjadi persoalan dalam penyebaran informasi.

“Pertama itu internet. Itu yang nanti kalau ada masalah kita akan bicara dengan ISP (Internet Service Provider). Kedua medsos. Instagram, Facebook, Twitter, platform kita akan komunikasi. Kalau memang melanggar diambil oleh pihak keamanan. Tetapi kalau enggak kita minta takedown,” kata Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Widodo Muktiyo dalam diskusi, Rabu (13/5).

Yang paling berbahaya, kata dia, yakni media memiliki sistem yang tertutup, seperti WhatsApp. Hal ini menjadi tantangan yang harus segera ditangani oleh pihaknya.

“Yang paling berbahaya sebenarnya media yang tertutup sistemnya kayak WA. WA grup misalnya. Ini sekarang semakin kita banyak di rumah isengnya kita itu kan WA grup. Tambahan selama covid-19 ini grupnya sangat banyak. Ini yang saya kira menjadi tantangan kita,” imbuhnya.(yaya)