26/01/2025 16:10
NASIONAL

Gurita Bisnis Telkom Mengejar Zaman

fokusmedan : Semua bermula dari pernyataan menghentak yang dilontarkan Menteri BUMN Erick Tohir. Dia menyebut, Telkom sebagai induk usaha hanya mengandalkan pendapatan dari salah satu anak usahanya yakni Telkomsel. Telkom hendaknya sebagai induk juga mengubah core bisnis agar dapat bersaing dengan perusahaan milik negara lain.

“Enak sih Telkom-Telkomsel dividen revenue digabung hampir 70 persen, mendingan tidak ada Telkom. Langsung saja Telkomsel ke BUMN, dividennya jelas,” ujar Erick di Menara Mandiri, Jakarta, Rabu (12/2).

Tak berselang lama dari pernyataan Erick, saham Telkom Group bergejolak dan mengalami pelemahan. Namun ada yang menyebut bahwa gejolak itu murni karena kondisi ekonomi yang berimbas pada sentimen pasar. Namun, tak lama kemudian Menteri BUMN itu mencoba untuk mengklarifikasi pernyataannya itu. Intinya, Telkom diminta mempercepat laju inovasi agar tak ketinggalan zaman.

Terlepas dari pernyataan Erick itu, sejatinya Telkom Group memiliki lima segmen bisnis utama untuk mengejar ketertinggalan di era digital ini. Yaitu Mobile, Enterprise, Consumer, Wholesale & International Business, dan lain-lain. Dari lima segmen bisnis utamanya itu, terdapat 11 entitas anak usaha yakni Telkomsel, Telkommetra, Telkomsat, Pins, PT Jalin Pembayaran Nusantara, Telkom Akses, Telin, Mitratel, TelkomInfra, Metranet, dan Telkom Properti.

Rincian Kontribusi Pendapatan Telkom

Dari kelima segmen bisnis Telkom Group itu, segmen mobile paling berkontribusi besar terhadap pendapatan Telkom Group. Sebanyak 65 persen pendapatan Telkom Group disokong dari lini bisnis mobile ini dengan diwakili oleh Telkomsel. Kemudian, nomor kedua kontribusinya datang dari segmen bisnis Enterprise. Segmen ini menyumbang 16 persen untuk induknya.

Kontribusi yang ketiga, berasal dari segmen Consumer yang menyokong 11 persen dari totalpendapatan Telkom. Lalu, untuk kontribusi selanjutnya berasal dari segmen bisnis Wholesale & International Business (WIB) dengan 8 persen sumbangan yang diberikannya. Paling buntut adalah segmen lain-lain yang belum menyumbang 1 persen pun alias nol persen. Segmen lain-lain ini yakni MetraNet dan Telkom Properti.

Melihat dari itu, maka mau tak mau bisnis di segmen Mobile milik Telkom akan masih menjadi mesin pendapatan perusahaan plat merah ini beberapa tahun mendatang. Hal itu pun diakui oleh VP Corporate Communication Telkom Group, Arif Prabowo. Menurut dia, kondisi seperti itu adalah wajar. Sebab masyarakat saat ini tak bisa lepas dari perangkat gadgetnya. Sehingga lini bisnis ini menjadi unggul dari seluruh segmen bisnis Telkom
Group.

Kendati begitu, dia mengatakan Telkom Group selaku holding kini sedang merencanakan
untuk membesarkan segmen bisnis lainnya untuk paling tidak bisa berkontribusi lebih banyak lagi. Salah satunya adalah segmen bisnis consumer melalui produk IndiHome.

“Kalau dari segi bisnis kan saat ini kan seluler yang masih paling dinikmati, melihat kondisi ini kan mayoritas memang yang di seluler. Tapi kita sedang menyiapkan beberapa bisnis lainnya, salah satunya IndiHome,” kata dia.

“Selain itu, ada segmen bisnis enterprise, international bisnis untuk memperkuat di sisi
konektivitas, kita bangun kabel optik bahkan kita punya kabel optik dari Indonesia ke
Amerika. Apalagi sekarang kan digital ini masif sekali dalam landscape sektor bisnis kita, itu bisa berupa platform atau layanan sendiri. Nanti akan kami kembangkan,” sambung Arif.

Andalkan Indihome

Saat ini, IndiHome yang merupakan bisnis fixed broadband milik Telkom diklaim terus bertumbuh dan menutup tahun 2019 dengan jumlah pelanggan mencapai 7 juta dengan pertumbuhan revenue sebesar 48 persen. Jumlah pelanggannya itu sudah tersebar di 489 dari 514 kota dan kabupaten di Indonesia. Ditargetkan, IndiHome mampu merengkuh jumlah pelanggan 8,3 juta dan pertumbuhan revenue hingga 20 persen di tahun 2020.

Meski begitu, Arif tak ingin membeberkan kontribusi pendapatan terbaru per segmen bisnis Telkom. Yang jelas kata dia, digital business akan menjadi kunci mendongkrak pertumbuhan seluruh segmen bisnis Telkom Group. Hal itu lantaran mengikuti perkembangan zaman dan menurunnya bisnis legacy mereka seperti telepon dan suara.

“Digital business itu bisa dari consumer, bisa dari enterprise. Jadi semua resource kita akan mengacu ke sana, karena kita melihat bahwa business legacy kita seperti suara sama SMS itu sudah mulai menurun. Tapi kita masih punya potensi yang sangat besar di digital business. Di situlah nanti kita bermain, baik di consumer maupun enterprise,” ungkap Arif.

Hal senada juga pernah diungkapkan oleh Direktur Strategic Portfolio Telkom, Achmad
Sugiarto. Dia mengatakan, saat ini Telkom Group tengah bertransformasi menjadi digital
telco company. “Tak hanya membangun digital connectivity melalui infrastruktur telekomunikasi, Telkom juga terus membangun digital platform dan digital services,” ujar dia.

Kata dia, Telkom saat ini tengah fokus mengembangkan digital platform seperti Data Center, Big Data, Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence, Cloud Computing, Security
System, dan payment atau blockchain.

Diharapkan inisiatif ini dapat mendukung pemerintah mengakselerasi ekonomi digital, serta
mendukung industri 4.0. Ini menjadi kontribusi Telkom untuk mendukung Indonesia
menjadi Ekonomi Digital Terbesar di Asia Tenggara.(yaya)