Jokowi Minta Rakyat Maafkan Menteri yang Belum Cepat Adaptasi dan Maksimal Bekerja
fokusmedan : Juru Bicara Presiden Joko Widodo (Jokowi), Fadjroel Rahman kembali menegaskan, Presiden Jokowi tidak memiliki rencana perombakan (reshuffle) Kabinet Indonesia Maju. Menurutnya, semua anggota kabinet diperintahkan untuk fokus terhadap fungsi kementeriannya masing-masing dan segera dapat beradaptasi.
Hal tersebut merespons pernyataan tentang kinerja menteri baru-baru ini. Jokowi meminta agar rakyat memaafkan menteri yang belum maksimal bekerja dalam empat bulan pertama kabinet Indonesia Maju.
“Apa-apa perlu penyesuaian. Ada yang cepat beradaptasi, ada yang tidak. Mohon sedikit dimaafkan dulu,” kata Jokowi dalam silaturahmi dengan pegiat media sosial di Istana Bogor, melalui keterangan dari Jubir Presiden Fadjroel Rahman, Minggu (18/2).
Presiden menegaskan agar tujuan Indonesia sentris atau pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia dapat tercapai melalui prioritas Panca Kerja Kabinet Indonesia Maju.
Panca tersebut berupa pembangunan Sumber Daya Manusia, melanjutkan pembangunan infrastruktur, penyederhanaan regulasi, penyederhanaan birokrasi, transformasi ekonomi modern bernilai tambah, berpihak pada kemajuan lingkungan hidup dan kehidupan sosial-budaya yang berkemajuan secara efektif dan efisien.
Dengan hal itu, kepala negara memerlukan anggota kabinet yang dapat menyesuaikan diri dengan fungsi kementeriannya.
“Kalau terus tidak dapat beradaptasi, pasti saya ganti,” tegas Presiden Jokowi.
Reshuffle Terlalu Dini
Mantan rival Jokowi di Pilpres 2019, Sandiaga Uno mengomentari kabar perombakan (reshuffle) kabinet Indonesia Maju. Menurutnya, masih terlalu dini Presiden Jokowi untuk mereshuffle kabinetnya. Mengingat masa kerja para menteri baru 6 bulan.
“Menurut saya terlalu dini (memilih menteri apa yang harus segera diganti), baru kerja belum sampai 6 bulan,” ujarnya di Rumah Siap Kerja, Jakarta, Sabtu (22/2).
Maka dari itu, Waketum Partai Gerindra ini mengatakan untuk baiknya memberi kesempatan para menteri bekerja terlebih dulu dan berbaik sangka saja. “Khusnudzon saja, kita beri para menteri ini ruang, untuk mereka berkreasi dan menghasilkan kebijakan. Terlalu harsh (kejam) buat saya (reshuffle kabinet), kecuali ada masalah hukum.”
Sandiaga Uno yang juga merupakan politisi Gerindra ini mengatakan optimistis pada kinerja menteri. Khususnya bidang ekonomi.
Sebab, pemerintah baru saja menyelesaikan perjanjian kerjasama dagang dengan Australia. Diharapkan perjanjian dagang ini bisa menurunkan harga bahan pokok. “Saya memberikan apresiasi untuk perjanjian dagang Australia dan Indonesia. Itu yang kita harapkan untuk bisa menurunkan harga-harga bahan pokok,” ujar Sandiaga.
Kemudian, Sandiaga juga menyoroti realisasi investasi yang mulai mendapat sinyal baik. Dia berharap kehadiran Omnibus Law dapat menjadi senjata pemerintah dalam menjaga perekonomian dari gejolak dunia.
“Ini terlalu ‘pagi’ untuk mulai menepuk dada. Kita harus bekerja ekstra keras untuk memastikan, di bulan Juni terutama, di mana puncak daripada ketidakpastian ekonomi ini, bisa kita lewati dengan satu pendekatan yang inklusif, komprehensif, yang kita harapkan salah satunya didorong dengan disahkannya RUU omnibus law,” papar Sandiaga.
Pun, Sandiaga menambahkan keyakinannya bahwa angka pengangguran di Indonesia bisa semakin membaik. “Menurut saya, karena lapangan kerja sekarang masih belum bisa tercipta, ada 50.000 pengangguran baru di September, (saat angka kembali keluar) pada Maret, saya berharap angka ini akan membaik.”(yaya)