10/10/2024 12:28
NASIONAL

Menko Airlangga Ungkap Alasan Mengapa Indonesia Untung Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen

fokusmedan : Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan bahwa capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5 persen sudah cukup positif. Menurutnya, capaian ini menjadi patokan bagi pertumbuhan negara-negara di Asia Tenggara.

“ASEAN itu tergantung Indonesia. Indonesia sangat positif 5 persen (pertumbuhan ekonomi) dalam 10-15 tahun, Indonesia di ASEAN jadi kunci,” kata dia dalam acara di Jakarta, Selasa (28/1).

Menko Airlangga mengatakan, dengan pertumbuhan di kisaran 5 persen, Indonesia tidak mengalami gejolak yang terlalu parah dari ketegangan ekonomi dunia. Sehingga, kondisi tersebut membuat Indonesia sedikit mendominasi pertumbuhannya di negara-negara ASEAN.

“Indonesia dalam tanda petik baik maka tidak terjadi gejolak. Harusnya Indonesia galak sedikit, ceritanya akan beda (pertumbuhan ekonomI-nya),” kata dia.

Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen 2019 Tergolong Tinggi

Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara, memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir tahun 2019 akan mencapai angka 5,05 persen. Menurutnya, angka pertumbuhan ekonomi tersebut tergolong tinggi di tengah perlambatan ekonomi dunia.

“5,05 persen ini pertumbuhan yang tinggi, yang memberi momentum untuk punya optimisme,” ujarnya dalam acara Mandiri Outlook 2020, Rabu (4/12) malam.

“Kalau kita indikasikan dengan faktor makro yang lain, dengan inflasi yang stabil di 3 persen, lalu kombinasikan lagi dengan tren kemiskinan dan pengangguran yang turun, harusnya ada optimisme perekonomian Indonesia ada di track yang benar,” tambahnya.

Dia mengungkapkan, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2019 mencapai 5,02 persen. Dia mengklaim hal itu merupakan capaian yang bagus di tengah kondisi yang penuh tantangan.

Dia mengakui, angka pertumbuhan tersebut memang lebih rendah dibanding tahun lalu. Namun, kondisi saat ini pertumbuhan ekonomi global juga tengah mengalami tren penurunan.

“(Mencapai) 5 persen di pertumbuhan dunia sekarang, bukan (termasuk) pertumbuhan ekonomi yang rendah. Tahun lalu lebih tinggi, tapi sekarang rendah,” ujarnya.(yaya)