Bermutasi, Ahli Minta Dunia Tak Khawatir soal Varian Baru Deltacron
Fokusmedan.com : Sejumlah ahli meminta dunia tidak terlalu khawatir soal temuan mutasi virus baru dari SARS-CoV-2, Deltacron, yang merupakan mutasi dari varian Omicron dan Delta. Hal itu mereka sampaikan lantaran hingga saat ini belum ditemukan bukti-bukti valid bahwa varian ini bisa berkembangbiak secara cepat.
Ahli virus di Institut Pasteur di Inggris, Etienne Simon-Loriere menambahkan, hasil dari karakteristik virus sementara yang diidentifikasi melalui pemeriksaan whole genome sequences (WGS) oleh para ilmuwan di IHU Méditerranée Infection di Marseille, Prancis, ini tidak menunjukkan tanda-tanda penyebab munculnya fase baru pandemi.
Adapun hasil penelitian awal mengenai mutasi ini diunggah di jurnal medRxiv pada Selasa (8/3) dan belum mendapatkan tinjauan dari dunia ilmiah (peer review).
“Permukaan virusnya sangat mirip dengan Omicron, sehingga tubuh akan mengenalinya seperti mengenali Omicron,” kata Simon Loriere dikutip dari New York Times di laman CNN, Minggu (13/3/2022).
Sejumlah ilmuwan juga meyakini bentuk spike virus yang khas dari Omicron membuat varian ini tidak mendorong kasus bergejala berat. Varian Omicron diketahui mampu menginvasi sel-sel di hidung dan saluran pernapasan bagian atas, tetapi tak mudah menembus paru-paru. Sifat serupa diprediksi terjadi pada Deltacron.
Mengutip makalah medRxiv, para ilmuwan mengatakan bahwa ‘tulang punggung’ varian Deltacron berasal dari varian Delta. Sementara protein lonjakannya, yang memungkinkan virus memasuki sel inang, berasal dari Omicron.
“Kami telah mengetahui bahwa peristiwa rekombinan dapat terjadi, pada manusia atau hewan, dengan berbagai varian #SARSCoV2 yang beredar. Perlu menunggu eksperimen untuk mengetahui sifat-sifat virus ini. Pentingnya pengurutan, analisis, dan berbagi data yang cepat saat kita menghadapi pandemi ini,” tulis kepala ilmuwan di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Soumya Swaminathan dalam Twitter pribadinya @doctorsoumya, Rabu (9/3).
Adapun varian baru Deltacron diyakini sudah beredar sejak Januari lalu dan ditemukan di Denmark serta Belanda. Menurut laporan data GISAID, sementara dalam jurnal, varian ini disebut terdeteksi di beberapa wilayah Prancis.
Selain itu, menurut The Guardian, sekitar 30 kasus juga telah diidentifikasi di Inggris. Srmrnysts itu, perusahaan riset genetika di California, Helix, telah mengidentifikasi dua kasus di Amerika Serikat, seperti dikutip dari Reuters.
Maria Von Kerkhove, pemimpin teknis COVID-19 untuk WHO, mengatakan dalam konferensi pers bahwa sejauh ini para ilmuwan belum melihat adanya perubahan dalam tingkat keparahan varian baru dibandingkan dengan varian sebelumnya, tetapi banyak penelitian ilmiah sedang berlangsung.
“Sayangnya, kami berharap melihat rekombinan karena inilah yang dilakukan virus. Mereka berubah seiring waktu,” ujar Maria.
“Kami melihat tingkat sirkulasi yang sangat intens dari SARS-Cov-2. Kami melihat virus ini menginfeksi hewan dengan kemungkinan menginfeksi manusia lagi,” imbuhnya.(ng)