18/04/2024 13:55
NASIONAL

Teaching Factory Dinilai Mampu Tingkatkan Kualitas SDM Kelautan Perikanan

Fokusmedan.com : Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk menjadi wirausaha muda di sektor kelautan dan perikanan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui peningkatan kualitas belajar mengajar di 23 satuan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi kelautan dan perikanan.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengunjungi langsung Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong dan Politeknik Kelautan dan Perikanan Aceh pada Rabu (8/9/2021). Dalam kesempatan tersebut, Menteri Trenggono melihat secara langsung Teaching Factory yang dimiliki Politeknik KP Aceh.

Teaching factory merupakan model pembelajaran berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri. Perlu diketahui juga, teaching factory untuk program studi budidaya perikanan salah satunya adalah tambak.

“Ini harus terus dikembangkan, dioptimalkan untuk penyediaan sarana dan prasarananya, agar taruna dan taruni disini bisa menjadi SDM yang unggul untuk sektor KP,” ujar Menteri Trenggono.

Kehadiran teaching factory di Politeknik KP Aceh menjadi salah satu upaya KKP dalam menjalankan program-program prioritas yang sering disampaikan Menteri Trenggono, yaitu pembentukan SDM yang unggul untuk sektor kelautan dan perikanan. Upaya tersebut dilakukan melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM).

Pada kesempatan tersebut, Menteri Trenggono melihat sejumlah inovasi yang dilakukan Politeknik KP Aceh, diantaranya Failure Alarm, Mini Ship Simulator Program untuk digunakan para taruna-taruni sebelum masuk ke kapal sebenarnya, lalu terdapat produk garam yang diberi nama Sira Mangat atau dalam bahasa Indonesia diartikan garam enak.

Menteri Trenggono berharap Politeknik KP, baik para pengajar maupun taruna-taruni dapat secara konsisten mengembangkan inovasi yang bermanfaat untuk sektor kelautan dan perikanan ke depan, seiring dengan peningkatan kualitas SDM di Politeknik KP Aceh maupun SUPM Ladong.

Sebagai sekolah vokasi, sistem pendidikan di Politeknik KP memiliki komposisi praktik sebesar 70 persen dan selebihnya merupakan teori. Sebagai informasi, untuk alokasi pendidikan, lebih dari 50 persen, KKP memprioritaskan untuk anak-anak pelaku utama sektor kelautan dan perikanan.

Sementara itu, Plt. Kepala BRSDM Kusdiantoro menyampaikan, riset, inovasi dan pengembangan SDM dilakukan pihaknya dalam rangka mendukung tiga program terobosan KKP tahun 2021-2024. Pertama, peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sumber daya alam perikanan tangkap untuk peningkatan kesejahteraan nelayan. Kedua, pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor. Ketiga, pembangunan kampung-kampung perikanan berbasis kearifan lokal. Selain itu, lulusan ke depan akan diarahkan untuk mencetak para entrepreneurship baru di bidang kelautan dan perikanan.

Program Tambak Berkelanjutan

Menteri Trenggono melanjutkan, kunjungan kerjanya di Aceh dengan meninjau Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Batee, yang merupakan balai perikananan di bawah Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Menteri Trenggono menyampaikan dukungannya untuk program tambak berkelanjutan di Aceh.

Didampingi oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu, Menteri Trenggono memastikan inovasi-inovasi yang dilakukan di Politeknik KP Aceh juga dapat mendukung kegiatan di BPBAP Ujung Batee, diantaranya hatchery udang vaname dan untuk menjaga komoditas lokal Indonesia, yaitu budidaya udang windu yang memiliki potensi besar di Aceh.

Untuk kapasitas produksi benih udang windu yaitu sebanyak 50 juta ekor per tahun, sedangkan untuk benih udang vaname sebanyak 180 juta ekor per tahun.

Sebagai informasi, BPBAP Ujung Batee ini memiliki sejumlah pelayanan untuk masyarakat, diantaranya uji lab penyakit ikan/udang dan lingkungan, pelayanan teknis magang/PKL/penelitian, penyediaan benih ikan/udang, penyediaan induk ikan/udang, penyediaan pakan mandiri, penyediaan probiotik dan pendampingan teknis budidaya ikan/udang.

Menteri Trenggono meminta pihak Politeknik KP Aceh dan BPBAP Ujung Batee untuk mencatat jumlah pembudidaya yang ada di Aceh, komoditas unggulan, serta bagaimana hasil yang didapatkan.

“Jika memberikan bantuan kepada masyarakat, harus dipantau perkembangannya, lihat apakah usahanya berjalan dengan baik, bagaimana tingkat kesejahteraannya, jangan dilepas gitu aja setelah dibantu, itu baru tetlihat standar suksesnya, berdampak atau tidak untuk masyarakat,” tegas Menteri Trenggono.(yaya)