25/04/2024 6:49
NASIONAL

Sistem Proporsional Tertutup, Perludem Khawatirkan Proses Rekrutmen Caleg oleh Partai

fokusmedan : Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) menilai jika penerapan sistem pemilu proporsional terbuka masih relevan untuk diterapkan dibandingkan proporsional tertutup. Dengan daerah pemilihan yang diperkecil, jumlah caleg tiap dapil sudah berkurang.

“Oleh karena itu dalam pandangan kami sendiri, kalau menerapkan pemilu serentak nasional sesungguhnya untuk DPR RI masih relevan memakai proporsional terbuka. Karena dapil (daerah pemilihan) sudah diperkecil, kalau dapil diperkecil jumlah caleg juga berkurang, sebenarnya lebih sederhana,” ujar Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini saat dihubungi merdeka.con, Senin (8/6).

Dalam draft RUU Pemilu 2020, DPR akan mengubah sistem menjadi proporsional tertutup. Menurut Titi, terdapat problem yang tidak menjelaskan terkait mekanisme rekrutmen caleg dalam internal partai.

“Walau dalam sistem pemilihan ini pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, termasuk proporsional terbuka maupun tertutup. Jadi kalau, misal pilihannya proporsional tertutup. Pembuat UU harus bisa memastikan dan menjamin demokratisasi di dalam partai,” tegasnya.

“Karena kan, demokratisasi secara tertutup itu membuat pemilih tidak bisa memilih langsung calonnya. Oleh karena penempatan caleg dalam daftar nomor urut, itu bisa dipastikan dan dijamin betul dengan sistem demokratis,” sambungnya.

Menurutnya, poin yang harus diperbaiki adalah pembuatan aturan yang jelas, tegas, dan transparan. Karena kecenderungan kompetisi kampanye pada caleg, penetapan, termasuk dana kampanye sering tidak terkontrol dengan baik.

“Jadi pada sistem proporsional terbuka maupun tertutup itu punya kelemahannya masing-masing, jadi butuh aturan yang lebih detail terkait mekanisme demokratisasi pada internal partai terkhusus mekanisme pencalonan caleg. Termasuk soal daftar caleg dari partai untuk lebih mengedepankan demokratisasi di internal partai,” jelas Titi.

Suburkan Politik Balas Jasa

Sementara itu Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai Indonesia belum siap dengan sistem proporsional tertutup dalam pemilu legislatif.

“Demokrasi kita tidak siap dengan Pemilu tertutup, selain melahirkan kekuasaan oligarki, kesejahteraan bersama akan sulit tercapai, dan sebaliknya akan menyuburkan politik balas jasa sekaligus menyuburkan sandera politik.” kata dia, kepada merdeka.com Senin (8/6).

Meski begitu, sistem proporsional terbuka bukannya tanpa cela. Sistem tersebut pun akan berakibat buruk jika tidak didukung oleh kedewasaan pemilih.

“Memang selalu ada sisi buruk, sistem terbuka pun memerlukan kedewasaan pemilih. Tanpa itu produk pemilu sama buruknya dengan sistem tertutup,” tegas dia.

Hanya saja, jelas dia dalam sistem proporsional terbuka, proses pengawasan dan kontrol sosial lebih mudah untuk dilakukan. Sementara sistem proporsional tertutup akan menutup akses masyarakat untuk melakukan kontrol.

“Dan itu buruk bagi demokrasi,” tandas Dedi.(yaya)